AKSARALOKA.COM, PONTIANAK – Sejumlah pemuda warga Kota Pontianak menjadi korban perdagangan orang, para pemuda ini dijual keluar negeri.
Kabarnya para pemuda asal Kota Pontianak, sedang telantar di Negara Thailand. Sebelumnya sejumlah pemuda ini ditawari pekerjaan sebagai karyawan swalayan di negara Laos dengan gaji 12 juta rupiah, namun ternyata mereka dipekerjakan sebagai scamer online investasi bodong di Negara Laos.
Dalam proses pekerjaannya, apabila tidak mencapai target, mereka tidak diberi makan serta mendapatkan perlakuan yang tidak manusiawi.
Agustiawan Penasehat Hukum para korban dugaan TPPO(Tindak Pidana Perdagangan Orang) bersama perwakilan dua orang tua korban menyampaikan kepada rekan-rekan wartawan, bahwa putra – putra mereka telah diberangkatkan bekerja di Laos dan diperlakukan tidak manusiawi. “Ada 8 warga Kalbar yang diberangkatkan ke Laos pada tanggal 19 Oktober 2022,”ungkap Agustiawan, Sabtu 3 Desember 2022.
“Awalnya mereka ini dijanjikan kerja di Minimarket dengan gaji 12 Juta bila dirupiahkan, namun ternyata mereka dipekerjakan menjadi Scamer, investasi kripto bodong,”sambung Agus.
Berdasarkan keterangan orang tua korban, lanjut Agus, mereka tawari pekerjaan oleh seorang yang diduga agen dengan gaji fantastis serta tanpa biaya kepengurusan paspor dan sebagainya.
Kemudian tepat bulan Oktober 2022 tersebut para pemuda asal Kota Pontianak itu berangkat menuju Laos. Untuk menuju Laos, para korban diarahkan ke Kecamatan Tebas, Kabupaten Sambas terlebih dahulu untuk menunggu proses pembuatan pasport, lalu setelah paspor selesai mereka menuju Malaysia melalui perbatasan Aruk.
“Dari Kuching Malaysia mereka terbang ke Kuala Lumpur, dari Kuala Lumpur mereka diterbangkan menuju Laos,”jelas Agus.
Dikatakan Agus, di Kota Changrai Laos, para korban melalui perjalanan darat lalu menyebarangi sungai ke lokasi di Provinsi Bokeo Laos, kemudian disana mereka bertemu agen di wilayah Laos dan di sanalah dipekerjakan sebagai scamer dan diperlakukan tidak manusiawi. “Mereka mendapat siksaan, dan tidak diberi makan,”bebernya.
Di lokasi bekerja itu, dikatakannya terdapat sekira 80 warga Indonesia lainnya yang berasal dari berbagai provinsi, dan diketahui sementara yang berasal dari Kalbar berjumlah 12 orang.
Karena tidak tahan atas penyiksaan, akhirnya para korban menghubungi pihak keluarganya di Pontianak melalui WhatsApp dan memberitahukan atas apa yang mereka alami.
Selanjutnya, pihak keluarga yang menerima informasi itu beberapa waktu lalu langsung berusaha meminta bantuan ke kementerian luar negeri dan KBRI Laos, namun sampai saat ini pihak keluarga masih kesulitan untuk memulangkan keluarga mereka karena kesulitan biaya dan administrasi.
“Saat ini ada 8 warga yang sudah berada di Thailand, itu juga dengan biaya sendiri dari keluarga yang mengirimkan untuk pemulangan mereka, namun dikarenakan keterbatasan biaya para korban ini masih berada di Thailand,”terang Agus.
Tak hanya itu Agus juga mengatakan, bahwa para korban diancam oleh agen yang ada di Laos. Di mana mereka diperbolehkan pulang, namun dengan biaya sendiri dan tidak boleh melaporkan ke KBRI Laos. “Jika melapor, maka nyawa mereka terancam, jadi mereka berinisiatif ke Thailand menuju KBRI Bangkok, karena posisi para koeban saat ini lebih dekat ke Thailand daripada ke KBRI Laos,”ungkapnya lagi.
Diketahui pula, selain para korban yang sudah diketahui posisinya di Thailand saat ini, ternyata masih ada empat orang warga Kalbar yang saat ini tidak diketahui posisi dan nasibnya di Laos, karena beberapa waktu lalu keempat orang tersebut dijual ke agen lain di Laos.