Aksaraloka.com, PONTIANAK–Asap belum tampak, tapi ancamannya sudah menganga. Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Hanif Faisol Nurofiq, berdiri di tengah forum konsolidasi di Pontianak, menyuarakan peringatan yang terdengar seperti sirene darurat: jangan tunggu api membakar sebelum bertindak.
“Semua komponen bangsa harus bersatu cegah kebakaran sedini mungkin,” kata Hanif, Sabtu, 17 Mei 2025.
“Ketahanan pangan dan energi butuh lahan yang tetap aman,” sambungnya
Kalimantan Barat kembali jadi sorotan. Meski jumlah hotspot turun 62 persen dibanding tahun lalu, deteksi 198 titik panas dalam data Kementerian Lingkungan Hidup per 16 Mei 2025 menjadi sinyal keras bahwa musim kemarau bisa membawa bencana lama: lahan terbakar, suplai pangan terguncang, dan ekosistem porak-poranda.
Dari catatan 2015 hingga 2024, sebanyak 79 areal Hak Guna Usaha (HGU) terbakar dengan luas lebih dari 42 ribu hektare. Beberapa di antaranya bahkan mengalami kebakaran berulang.
“Ini mengindikasikan upaya pencegahan yang lemah,” kata Hanif.
Kementerian menggandeng Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI) dan seluruh pemerintah daerah di Kalimantan Barat dalam upaya kolaboratif. GAPKI, yang menaungi 78 perusahaan di wilayah itu, disebut sebagai garda depan.
Regu pemadam, peta kerawanan, hingga pelatihan rutin dituntut hadir di setiap lini.
“Penanganan kebakaran tak bisa lagi bersifat reaktif dan sporadis. Kita perlu gerak serempak, dari pencegahan sampai pemulihan pascakebakaran,” ujar Hanif.
BMKG memperkirakan kemarau mulai tiba Juni. Saat itu, titik-titik api bisa bermunculan kembali, menyusup lewat celah lahan tidur, open access yang tak dijaga, atau kebiasaan lama masyarakat membuka lahan dengan api.
“Banyak kasus, api menyebar karena respons awal lambat,” terang Hanif. Minim alat, kurang personel, dan SOP yang tak dijalankan menjadi biangnya.
Pemerintah tak mau kompromi. Penegakan hukum terhadap pelanggaran pembakaran lahan akan diperketat.
“Ini soal masa depan pangan dan energi kita,” tegasnya.
Pemerintah meminta laporan kesiapan semua perusahaan dan posko siaga terpadu mulai aktif sejak sekarang.
Di akhir forum, Hanif menyampaikan pesan tajam: “Jangan menunggu api datang baru kita bergerak cepat”.
Suara yang menggema, mengingatkan bahwa tanah yang terbakar bukan hanya soal pohon yang mati, tetapi juga perut yang lapar dan masa depan yang gosong.