KETAPANG – Bupati Ketapang, sekaligus Patih Jaga Pati Laman Sembilan Domong Sepuluh Kerajaan Hulu Aik Raden Cendaga Pintu Bumi Jaga Banua, Alexander Wilyo, menghadiri ritual adat Meruba, di Laman Sengkuang, Desa Benua Krio, Kecamatan Hulu Sungai, Kabupaten Ketapang, Rabu, (25/2025).
Ritual adat Meruba adalah ritual adat mencuci pusaka-pusaka Raja Hulu Aik, yang dalam bahasa daerah Krionya, “Ngase Minyak Nganti Ompitin Pusaka Bosi Koliking Tungkat Rakyat”.
Malam sebelum ritual adat Meruba, acara diawali dengan penyerahan tuak lauk buat gawe, pembukaan Maruba, dan menari tuha muda begamal betabuh 5 lobuh.
Kedatangan Bupati Ketapang, yang sekaligus sebagai Patih Jaga Pati Laman Sembilan Domong Sepuluh Kerajaan Hulu Aik, disambut secara adat melalui prosesi Tijak Tanah dan Tepung Tawar, yang dipimpin oleh para Domong Mantir Laman Sembilan Domong Sepuluh.
Pada tanggal 25 Juni pagi, ritual adat Meruba diawali kegiatan beramu (mencari bahan-bahan untuk ritual Meruba ke hutan), Tarian Tijak Tanah Ncuruk Kampung. Setiba beramu dilanjutkan dengan ritual babiso hibuk dan ikat golakng tongang.
Setelah itu, masuklah ke acara inti Meruba, yakni Ngase Minyak Nganti Ompitin Pusaka Bosi Koliking Tungkat Rakyat, yang artinya mencuci pusaka-pusaka Raja Hulu Aik. Pada ritual mencuci pusaka-pusaka Raja Hulu Aik ini, Raja Singa Bansa, Raja Hulu Aik ke-51 beserta pemimpin ritual Meruba serta beberapa tamu kehormatan Raja, termasuk Patih Jaga Pati, yang juga Bupati Ketapang memasuki ruang pusaka Raja Hulu Aik, sebuah ruangan tempat menyimpan pusaka-pusaka Raja Hulu Aik.
Sebelum masuk ke ruang situs, Raja Singa Bansa, memimpin ritual dan Patih Jaga Pati terlebih dahulu menari adat di ruangan khusus di dekat ruang situs.
Setelah menari adat, Raja pun langsung memasuk ruang situs untuk membuka peti pusaka, sekaligus mencuci pusaka Raja Hulu Aik Bosi Koling Tungkat Rakyat.
Usai mencuci pusaka Bosi Koling Tungkat Rakyat, acara dilanjutkan dengan ritual adat buang sial di Sungai Krio. Selesai ritual adat buang sial dilanjutkan dengan acara lalu dmtimang tanduk sengiang holakang (ritual minum tuak dengan tanduk).
Ritual adat Meruba ditutup dengan malam ramah tamah, di mana seluruh tamu undangan, tokoh adat, serta masyarakat berkumpul dalam suasana hangat dan penuh kebersamaan.
Bupati Ketapang Alexander Wilyo mengatakan, ritual adat Meruba ini bukan hanya menjadi ajang pelestarian budaya.
“Tetapi juga pengingat akan jati diri dan kekuatan kebersamaan masyarakat adat Dayak dalam merawat warisan leluhur,” tuturnya.