AKSARALOKA.COM, PONTIANAK – Di Desa Pelapis, sebuah desa pesisir di Kayong Utara, mimpi anak-anak kerap terbentur kenyataan. Suara ombak dan jaring nelayan sehari-hari lebih akrab ketimbang obrolan soal kuliah.
Namun kini, ada harapan baru, 15 mahasiswa asal desa itu resmi menerima beasiswa dari PT Dharma Inti Bersama (DIB), pengelola Kawasan Industri Pulau Penebang (KIPP).
Beasiswa ini berbeda dari bantuan biasa. Setiap mahasiswa mendapatkan dukungan biaya kuliah per semester serta biaya kos tahunan hingga empat tahun. Artinya, mereka bisa fokus belajar tanpa dihantui beban biaya.
Claudia, mahasiswa Biologi Universitas OSO, mengaku beasiswa ini membuka jalan yang sebelumnya terasa mustahil.
“Berkat beasiswa ini, kami bisa kuliah lebih tenang. Saya berharap bisa menggapai cita-cita dan kembali membangun kampung halaman sesuai ilmu yang saya tekuni,” ujarnya.
Wakil Bupati Kayong Utara, Amru Chanwari, yang hadir menyerahkan beasiswa, menekankan pentingnya kesempatan pendidikan bagi generasi muda.
“Anak-anak Desa Pelapis harus diberi ruang berkembang. Suatu saat mereka kembali dengan ilmu dan keterampilan, ikut membangun Kayong Utara,” katanya.
Bagi DIB, beasiswa ini bukan sekadar program tanggung jawab sosial (CSR). Perwakilan perusahaan, Rasnius Pasaribu, menyebut investasi terbesar adalah pada manusia.
“Kami ingin memastikan generasi muda Kayong Utara bisa kuliah tanpa terbebani biaya. Harapannya, mereka pulang membawa perubahan,” ungkapnya.
Selain beasiswa, DIB sebelumnya sudah menjalankan program sosial lain di Desa Pelapis. Mulai dari layanan kesehatan melalui DIB Care, pelatihan budidaya perikanan dan pengolahan hasil laut, hingga bantuan pangan. Langkah-langkah itu menjadi cara perusahaan membuktikan bahwa kehadiran industri bisa sejalan dengan kesejahteraan masyarakat lokal.
Kini, anak-anak nelayan Desa Pelapis punya peluang yang lebih luas, ruang kelas, laboratorium, bahkan kesempatan menatap dunia luar. Mereka yang dulu ragu bisa kuliah, kini memandang masa depan dengan optimisme.
Jika benar mereka kembali ke desa suatu hari nanti, beasiswa ini bukan hanya cerita tentang uang kuliah, melainkan awal dari perubahan besar di akar pesisir Kayong Utara.