banner 468x60
Info Pertamina

LPG, Nadi Kehidupan Nelayan Desa Sungai Kupah Mencari Nafkah

×

LPG, Nadi Kehidupan Nelayan Desa Sungai Kupah Mencari Nafkah

Sebarkan artikel ini

Di tepi Laut Sungai Kupah, Kabupaten Kubu Raya, Kalimantan Barat, keberanian seorang nelayan bernama Usman mengubah arah hidup banyak orang.

Usman, nelayan sekaligus pemuda Desa Sungai Kupah, Kubu Raya, Kalimantan Barat bersyukur karena biaya melaut bisa dipangkas hingga 70% semenjak pakai gas LPG. (TRI PURNAWATI/AKSARALOKA)
Saat Usman memasang LPG ke konverter kit Amin Ben Gas (ABG) di atas perahu motor miliknya.

 

Usman menghidupkan mesin yang menyambungkan konverter kit ke LPG 3 kilogram. (TRI PURNAWATI/AKSARALOKA)

 

Tampak perahu motor nelayan di Sungai Kupah membawa tabung LPG 3 kilogram. 90% nelayan di sana sudah beralih ke LPG untuk melaut. (TRI PURNAWATI/AKSARALOKA)

 

Saat melaut, Usman bisa hemat hingga Rp95 ribu lantaran menggunakan LPG 3 kg. Kecepatan perahunya pun tak ikut berkurang.

 

Nelayan Sungai Kupah tengah menangkap kepiting di kelong apung menggunakan perahu motor berbahan bakar LPG.

 

Senyum sumringah nelayan Sungai Kupah saat mendapat kepiting di kelong apung. (TRI PURNAWATI/AKSARALOKA)

 

LPG menjadi teman setia perahu motor nelayan Sungai Kupah untuk melaut. (TRI PURNAWATI/AKSARALOKA)

 

Usai melaut, tampak perahu motor nelayan pengguna LPG 3 kilogram di parkirkan di pasae atau tempat penjualan hasil laut. (TRI PURNAWATI/AKSARALOKA)

KUBU RAYA – Warga Desa Sungai Kupah, Kabupaten Kubu Raya, Kalimantan Barat (Kalbar), Usman, bekerja sebagai nelayan, merasa terbantu dengan inovasi hijau konverter kit Amin Ben Gas (ABG) yang dapat mengubah Bahan Bakar Minyak (BBM) menjadi Bahan Bakar Gas (BBG).

Biaya melautnya hemat 70 persen. Ia pun tak perlu repot mengantre solar.

Tahun 2010, Amin Ben Gas–penemu konverter kit ini–mengajak para nelayan di Desa Sungai Kupah, Kubu Raya, Kalimantan Barat menguji alat penemuannya. Namun mereka menolak. Khawatir akan meledak.

Hanya ada satu yang berani maju; Usman. Ia membuang jauh ketakutan rekan-rekannya. Tak akan ada yang tahu, jika tak dicoba, pikirnya. Ia lelah dengan biaya melaut yang tinggi.

“Awalnya mereka (nelayan Desa Sungai Kupah) menolak. Akhirnya saya dulu pakai dan saya beri sedikit pengertian bahwa teori dari Pertamina menyebutkan gas tak akan meledak jika di berada di ruang terbuka. Laut itu ruang terbuka,” cerita Usman.

Kepercayaan dan keberaniannya itu berbuah manis. Uji coba lancar. Rekan-rekannya pun penasaran. Kini, gas LPG yang disambungkan dengan konverter kit menjadi nadi kehidupan nelayan.

Mereka tak perlu merogok kantong lebih dalam. Terlebih bagi mereka, LPG 3 kilogram mudah dicari dan harganya masih terjangkau.

Usman bilang, jika pakai LPG, sekali melaut, ia hanya perlu biaya sekitar Rp25 ribu. Sedangkan jika menggunakan BBM para nelayan harus membeli 10 liter seharga Rp120 ribu. Lebih irit Rp95 ribu.

Nelayan Desa Sungai Kupah beragam. Ada nelayan ranjungan, kepiting, ikan mayong, dan lain sebagainya. Namun mereka punya satu kesamaan; menggantungkan hidup dari hasil tangkapan.

“Rerata 90 persen nelayan di sini sudah pakai gas kalau melaut, jauh lebih hemat,” ucapnya.

Penggunaan konverter kit ABG ini pun tak begitu sulit. Usman kerap kali memberikan pelatihan penggunaan LPG pada konverter kit ABG keliling Indonesia.

“Saya dipercaya Bang Amin, berkat konverter kit LPG ini saya bisa keliling Indonesia buat pelatihan kepada nelayan yang ada di Indonesia,” kata Usman.

Saat ini, konverter kit ABG yang tersebar dan digunakan di seluruh Indonesia adalah generasi ke-9. Selain murah, ini juga lebih ramah lingkungan.

Riset dan pengembangan teknologi konversi energi oleh Amin Ben Gas kini dimanfaatkan orang ramai. Penemu Konverter Kit ABG, Amin Ben Gas mengatakan, 90 persen nelayan di Kubu Raya sudah menggunakan inovasi hijaunya karena lebih hemat dan efisien.

“Ternyata ada efisiensi penggunaan bahan bakar minyak dan gas. Alhamduillah selisih penggunaan antara minyak tanah dan gas bisa mencapai 70 hingga 80 persen efisiensi lebih hemat itu. Rata-rata 1 tabung 3 kg itu setara dengan 10-15 liter minyak BBM, ini luar biasa,” kata Amin.

Data Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan tahun 2020 menyebutkan Indonesia rentan terhadap perubahan iklim. Dari tahun 2010-2018, emisi Gas Rumah Kaca (GRK) nasional mengalami tren kenaikan sekitar 4,3 persen per tahun.

“Ini juga jadi latar belakang kita, bagaimana menciptakan teknologi konversi energi yang ramah lingkungan. Bagaimana mendukung kebijakan Indonesia untuk mengurangi emisi dari sektor transportasi? Di sini konverter kit ABG hadir,” kata Amin.

Konverter Kit ABG hadir di tengah pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Kubu Raya mengalami penurunan, di tahun 2020.

“Para nelayan memiliki pendapatan yang terbatas, menerapkan konverter kit BBM ke BBG pada motor kapal untuk mengurangi pengeluaran para nelayan, serta menurunkan jumlah emisi karbon adalah salah satu bentuk mitigasi perubahan iklim,” tutup Amin.

Sementara itu, PT Pertamina Patra Niaga mengungkapkan komitmennya dalam ketersediaan penyaluran LPG di wilayah Kalimantan Barat (Kalbar). Kuota gas LPG juga telah disalurkan sesuai dengan permintaan dari pemerintah setempat.

SBM Kalbar V Gas PT Patra Niaga Kalimantan, Muhammad Fadlan Ariska menerangkan, pihaknya melakukan pendistribusian LPG di wilayah Kabupaten Kubu Raya, Kalimantan Barat.

Setidaknya, terdapat 20 pangkalan LPG 3 kilogram di Kecamatan Sungai Kakap, 5 pangkalan di Kecamatan Jeruju Besar, 2 pangkalan di Kecamatan Kalimas, 27 pangkalan di Kecamatan Pal Sembilan, 2 pangkalan di Punggur Kapuas, 3 pangkalan di Punggur Besar, 7 pangkalan di Punggur Kecil, 2 pangkalan di Sepuk Laut, 3 pangkalan di Sungai Belidak, 3 pangkalan di Sungai Itik, 4 pangkalan di Sungai Kupah, 21 pangkalan di Sungai Rengas, dan 3 pangkalan di Tanjung Saleh. (*)