banner 468x60
Pontianak

Manjakani Hadirkan Kisah Rumah Tangga dalam Album Kedua, “Selamat Biru Samudra”

×

Manjakani Hadirkan Kisah Rumah Tangga dalam Album Kedua, “Selamat Biru Samudra”

Sebarkan artikel ini

PONTIANAK – Duo Manjakani kembali muncul dengan karya baru. Pasangan musisi Muhammad Taufan Eka Prasetya dan Nabilla Syafani resmi meluncurkan album kedua mereka bertajuk Selamat Biru Samudra di Toko Kami, Pontianak, Selasa, 4 November 2025.

Berbeda dari album pertama yang digarap di Jakarta, seluruh proses produksi kali ini dilakukan di Pontianak. Ajung Anderson, produser yang juga menangani album perdana, kembali dipercaya mendampingi proses kreatif pasangan suami-istri itu.

Album berisi sepuluh lagu ini—Selamat Biru Samudra, Yah, Angin Lalu, Dunia Kecil, Nyali, Berlayar, Usah Marah-Marah Nanti Cepat Tua, Sejenak, Rencana, dan Berserah—menjadi cermin perjalanan hidup dan cinta mereka setelah menikah dan membangun keluarga kecil.

“Semua lirik kami tulis sendiri, berdasarkan pengalaman sehari-hari,” kata Taufan.

Cerita dari Rumah Tangga

Lagu pembuka Selamat Biru Samudra menggambarkan dinamika rumah tangga—tenang dan bahagia, tapi juga penuh ujian. “Tentang saling memaafkan tanpa perlu mengucap kata maaf,” ujar Taufan.

Lagu Yah, yang ditulis Nabilla, lahir dari percakapan menjelang tidur. Ia berbicara tentang kehidupan setelah kematian, dan siapa yang akan mendampingi di kehidupan selanjutnya.

“Harapannya tetap suami saya, Topan,” kata Nabilla tersenyum.

Angin Lalu, awalnya berjudul Masa Lalu, diciptakan untuk pernikahan sahabat mereka. Lagu ini dibuat jauh sebelum pandemi dan kemudian diaransemen ulang untuk masuk ke album kedua.

Tentang Anak, Iman, dan Ikhlas

Dalam Dunia Kecil, Nabilla menulis refleksi kehidupannya sebagai ibu. “Setelah menjadi ibu, saya merasa semakin berharga. Ada makhluk kecil yang benar-benar membutuhkan kita,” ujarnya.

Sementara Nyali, yang sudah lebih dulu dirilis sebagai single, bercerita tentang perjuangan mengejar cinta meski sering diabaikan. “Selama janur belum melengkung, semangat tak boleh padam,” ucap Taufan.

Lagu Berlayar menjadi ruang refleksi kehilangan dan keikhlasan. “Tentang anak yang kehilangan orang tua, dan akhirnya belajar melepas,” kata Nabilla.

Usah Marah-Marah Nanti Cepat Tua menyuguhkan warna baru dengan sentuhan irama Melayu. Lagu ini menyoroti dinamika hubungan yang naik turun. “Kadang bukan pisah yang dibutuhkan, tapi jeda,” kata pasangan itu.

Nada Keluarga dan Doa

Tiga lagu terakhir—Sejenak, Rencana, dan Berserah—menjadi penutup yang lembut. Sejenak berisi pesan orang tua untuk anaknya. Rencana menggambarkan kegelisahan orang tua terhadap masa depan buah hati. “Kami sering khawatir, tapi lagu ini jadi penguat,” kata Taufan.

Berserah menutup album dengan renungan spiritual. “Tentang ketakutan kehilangan orang yang disayang, dan bagaimana belajar berserah pada kehidupan,” ujar keduanya.

Produser Ajung Anderson menyebut, jika album pertama lebih akustik, kali ini Manjakani menambahkan warna pop tanpa meninggalkan ciri khasnya.

“Bahkan ada satu lagu yang butuh tiga bulan hanya untuk menentukan instrumen agar hasilnya lebih padat,” kata Ajung