Feature

Damai di Antara Nisan: Makam yang Menyatu Dengan Pemukiman di Dusun Rondah Permai

×

Damai di Antara Nisan: Makam yang Menyatu Dengan Pemukiman di Dusun Rondah Permai

Sebarkan artikel ini

LANGKAH PERTAMA saya memasuki gang kecil di Dusun Rondah Permai, Desa Sidomulyo, Kecamatan Nanga Pinoh, disambut pemandangan yang tak biasa. Di kiri-kanan jalan, batu-batu nisan berdiri tenang di halaman rumah warga. Ada yang berdampingan langsung dengan teras, ada pula yang hanya dipisahkan beberapa meter dari tempat bermain anak-anak.

Awalnya, pemandangan itu sempat membuat saya heran. Bagi sebagian besar orang, keberadaan makam di sekitar rumah bisa menimbulkan rasa tidak nyaman, bahkan takut. Namun tidak demikian bagi warga Dusun Rondah Permai.

Saya berbincang dengan Ari, salah satu warga yang telah tinggal di sana sejak kecil. Ia mengatakan bahwa makam-makam itu bukanlah hal asing bagi mereka.

“Sudah dari dulu di sini memang begitu, makam keluarga ada di halaman. Biasa saja, tidak ada yang mistis atau aneh. Waktu awal-awal dulu memang agak takut bahkan kalau tidur harus ditemani orang tua. Kalau sekarang sudah biasa,” ujarnya sambil tersenyum.

Ari menjelaskan bahwa sebagian besar makam merupakan makam keluarga yang memang sengaja dimakamkan di tanah sendiri. “Dulu kan lahan masih luas, jadi kalau ada yang meninggal, ya dimakamkan di tanah milik keluarga. Sekarang meskipun rumah-rumah makin rapat, makamnya tetap ada,” tambahnya.

Suasana di dusun ini pun terasa tenang. Anak-anak bermain tanpa rasa takut, warga lalu-lalang melewati makam, bahkan hingga larut malam. Tidak ada cerita angker atau kejadian mistis yang mewarnai kehidupan mereka. Bagi mereka, makam bukanlah sesuatu yang menakutkan, melainkan bagian dari sejarah dan ikatan keluarga yang dijaga dengan penuh rasa hormat.

Yang menarik, keberadaan makam ini tidak mengganggu aktivitas sosial warga. Mereka justru merasa lebih dekat dengan leluhur mereka. Tradisi ziarah dan membersihkan makam menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari yang penuh makna.

Dusun Rondah Permai menjadi contoh unik bagaimana ruang hidup dan ruang mati bisa berdampingan harmonis. Di tengah modernisasi dan perubahan cara pandang terhadap ruang, warga di sini menunjukkan bahwa kedekatan dengan leluhur tidak harus selalu dalam bentuk simbolik—kadang, itu benar-benar ada di depan rumah kita sendiri.