PONTIANAK — Kampung Gambut Siantan Hilir, Kecamatan Pontianak Utara, kian menarik perhatian sebagai pionir pertanian organik di atas lahan gambut.
Terbaru, 25 anggota kelompok binaan Program CSR Tanduraya dari Pertamina Patra Niaga AFT Supadio melakukan kunjungan studi banding ke kawasan tersebut, Senin (4/8/2025).
Kunjungan itu bertujuan menggali praktik pertanian organik dan pengelolaan agrowisata di lahan gambut—wilayah yang selama ini kerap dianggap tidak ideal untuk pertanian akibat keasaman tinggi dan rentan terbakar.
Namun, Siantan Hilir membuktikan sebaliknya. Lahan gambut dengan ketebalan 6 hingga 9 meter justru berhasil diolah menjadi kebun sayur produktif berkat inovasi dan pendampingan intensif dari Pertamina Integrated Terminal (IT) Pontianak.
“Awalnya, warga sangat tergantung pada pupuk kimia,” kata Irwan, Ketua Badan Usaha Milik Rukun Warga (BUMRW) 33.
“Setelah pelatihan pembuatan pupuk organik seperti POC, eco enzyme, dan kompos, kini kami bisa menekan penggunaan pupuk kimia hingga 80 persen,” lanjutnya.
Tak hanya ramah lingkungan, pendekatan ini juga meningkatkan nilai jual sayuran. Petani diajari manajemen pemasaran, yang membuat hasil panen mereka lebih kompetitif di pasar lokal.
Keberhasilan itu menjadi inspirasi bagi kelompok Tanduraya.
“Kami juga punya lahan gambut, meski fokusnya masih ke tanaman buah. Tapi setelah melihat langsung apa yang dilakukan di Siantan Hilir, kami yakin bisa mengembangkan hal serupa,” ujar Saban, Ketua Program Tanduraya AFT Supadio.
Sementara itu, Area Manager Comm, Rel & CSR Kalimantan, Edi Mangun berharap kunjungan tersebut bisa menjadi pemicu perubahan di lapangan.
“Kami ingin para petani Tanduraya mengadopsi pertanian berkelanjutan yang berdampak langsung terhadap peningkatan kesejahteraan,” tegasnya.
Program ini menjadi bagian dari kontribusi Pertamina dalam mendukung Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (TPB), khususnya poin 2 (Tanpa Kelaparan) dan poin 8 (Pekerjaan Layak dan Pertumbuhan Ekonomi).