banner 468x60
Ekonomi

Budidaya Lele Ubah Nasib Warga 2 Desa di Ketapang

×

Budidaya Lele Ubah Nasib Warga 2 Desa di Ketapang

Sebarkan artikel ini
Sunardi Panen warga Desa Sengkuang Merabong, Kabupaten Ketapang, menunjukkan produk olahan lele, saat pameran di Museum Kalbar, beberapa waktu lalu.

AKSARALOKA.COM, PONTIANAK – Di tengah keterbatasan hasil pertanian tradisional, warga Desa Sengkuang Merabong, Kecamatan Manis Mata, dan Desa Biku Sarana, Kecamatan Jelai Hulu, Kabupaten Ketapang, kini menatap masa depan dengan lebih optimis.

Melalui program Corporate Social Responsibility (CSR) PT Sinar Mas, kelompok Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) di dua desa tersebut berhasil mengembangkan usaha budidaya lele yang berdampak langsung pada peningkatan ekonomi keluarga.

Salah satu warga Desa Sengkuang Merabong, Sunardi Panen, mengaku perubahan pendapatan keluarga terasa signifikan sejak mengikuti program pembinaan ini.

“Kalau bertani hasilnya tidak seberapa. Tapi setelah belajar budidaya lele, kami mulai merasakan peningkatan ekonomi yang nyata,” ujarnya.

Di Sengkuang Merabong, saat ini terdapat tiga kelompok budidaya lele dengan anggota sekitar 10 orang per kelompok.

Para pria fokus pada pembesaran lele, sementara kaum ibu diberdayakan mengolah hasil panen menjadi produk bernilai tambah seperti abon lele, kerupuk, nugget, stik, bakso, hingga kaldu lele.

Pendamping CSR PT Sinar Mas, Sofi Chaniago, menjelaskan bahwa program ini bukan sekadar bantuan, tetapi upaya nyata untuk meningkatkan keterampilan, membangun kemandirian, dan menciptakan keberlanjutan bagi masyarakat.

“Melalui program budidaya dan pengolahan produk turunan lele, warga tidak hanya mendapatkan keterampilan baru, tetapi juga memiliki alternatif penghasilan. Khususnya bagi perempuan, keterlibatan dalam pengolahan produk turunan ini menjadi bagian dari misi pemberdayaan perempuan agar berperan aktif dalam perekonomian keluarga,” terangnya.

Pihaknya memberikan pelatihan teknis, bantuan awal berupa bibit lele dan pakan, serta pendampingan hingga proses pemasaran. Hasilnya, setiap kelompok mampu memanen hingga 5.000 ekor lele. Dengan harga jual di pasaran berkisar Rp35.000–Rp50.000 per kilogram, pendapatan tambahan dari hasil panen maupun produk olahan lele membantu meningkatkan kesejahteraan warga.

Sofi menambahkan, perusahaan akan terus memberikan pelatihan lanjutan, membuka akses pasar, dan mendorong keberlanjutan usaha ini. “Kami berharap langkah ini bisa menginspirasi desa-desa lain untuk mengembangkan potensi lokal secara optimal,” pungkasnya.

Kisah sukses ini menjadi bukti bahwa sinergi antara masyarakat, pemerintah, dan sektor swasta mampu menciptakan perubahan signifikan di tingkat akar rumput. Lebih dari sekadar budi daya ikan, program ini telah menjadi gerakan ekonomi rakyat yang berkelanjutan, memperkuat kemandirian desa, dan membuka peluang bagi masa depan yang lebih sejahtera.