“Sejumlah mahasiswa IAIN Pontianak mengikuti kuliah umum moderasi beragama dan Perayaan Maulid Nabi Muhammad SAW tahun 1444 Hijriah di aula kampus IAIN Pontianak Kamis (27/10) siang”
AKSARALOKA.COM, PONTIANAK – Direktur jaringan moderat indonesia Islah bahrawi yang turut hadir membenarkan jika dilingkungan kampus ada dua fakor pendorong akselerasi terciptanya atau terbentuknya paham – paham radikal
“Satu mahasiswa terpapar dari kajian ekstra kampus ini paling sering, yang kedua dosen yang membawa dari luar untuk diajarkan ke muridnya, ini juga seringkali terjadi,” ungkap Islah bahrawi .
Islah bahrawi menjelaskan paham yang dibawa dari luar oleh dosen dan di berikan kepada mahasiswa, kebanyakan militansi mahasiswa lebih dari dosen hal tersebut yang telah banyak ia temukan di lapangan.
“Nah ini ada sejumlah Mahasiswa seperti F-MIPA dan Eksakta yang memang kalau dilihat secara indeks lebih mudah terpapar karna mereka tidak terbiasa mencari solusi penyeimbang,” tambahnya.
Dirinya menyebut memang rata – rata Mahasiswa yang terpapar paham radikalisme, adalah orang yang pintar orang yang mempelajari ilmu pasti F-MIPA dan Eksakta,Islah menyebut jika teroris tidak ada agama jika densus 88 menangkap teroris itu bukan karna menangkap karna oknum tersebut muslim namun teroris tersebut menunggangi islam untuk melegalkan aksi teror dan kekerasanya.
“ Maka saya sering berbicara, yang berjihad adalah seperti densus 88 itu, mereka menyelamatkan agama dari stigma terorisme,” paparnya.
Cak Islah mengatakan jika organisasi teroris memiliki tahapan – tahapan yang disebut marhalah, yang memiliki konsep protokoler yang dapat menyusup ke semua lingkungan, ketika oknum tersebut merencanakan aksi teror tersebutlah densus 88 menangkap mereka. Karna jiKalau menunggu setelah melaksanakan korban berjatuhan baru ditangkap percuma.
Islah bahrawi melihat akhir – akhir ini aksi mandiri, mereka yang melakukan aksi mandiri ini orang – orang yang terpapar melalui media sosial.
“Jika hal tersebut terjadi, penangkal utama adalah keluarga. Keluarga harus mengawasi anak – anaknya, metode seperti ini banyak di negara lain dan Indonesia baru mulai bermunculan. Sehingga keluarga jangan lengah,” ujarnya.
Islah melanjutkan jika paham – paham tersebut dapat diantisipasi dengan moderasi beragama, pihaknya ingin memberikan pemahaman pada masyarakat dengan beragama dapat dijauhkan dari kekerasan caci maki dan permusuhan.
Ditempat yang sama Rektor IAIN Pontianak Dr Syarif menyambut baik adanya kuliah umum moderasi beragama ini terlebih dibarengi dengan Perayaan Maulid Nabi Muhammad SAW tahun 1444 Hijriah dirinya menyebut jika fungsi kerasulan jarang disuarakan.
“sangat penting, karna IAIN itu ada 12.000 mahasiswa saya tidak bisa menjamin tidak terjadi infiltrasi,dogmatis, berkaitan dengan paham radikalisme yang memanfaatkan teks suci menjadi legalitasnya untuk menguatkan ikhtiar mereka,” ucap Rektor IAIN.
Dr Syarif berpesan agar mahasiswa dapat berpegang teguh pada NKRI, dan pihaknya pun mewajibkan wawasan kebangsaan bagi 4 Ormawa di IAIN dan diikuti seluruh mahasiswa IAIN. (NAD)