AKSARALOKA.COM, PONTIANAK – Listrik adalah energi yang sangat diperlukan manusia dalam menjalani kehidupan. Segala aktivitas yang dijalani berhubungan langsung dengan energi tersebut. Bahkan di mana saja, termasuk di Bumi Khatulistiwa, Kalimantan Barat.
Penggunaan listrik di seantero Borneo Barat semakin meningkat setiap tahunnya. Segenap manusia di Perusahaan Listrik Negara (PLN) sebagai tempat produksi energi kehidupan tersebut dituntut optimal dalam menjalankan tugasnya.
Cahaya yang hidup, terangnya lampu, hidupnya televisi, gadget, jalannya kendaraan, terdengarnya suara musik. Pendengaran dan penglihatan seakan luas atas adanya cahaya (listrik,red). Kenyamanan jiwa menghapus rasa resah.
Namun apa daya, cahaya tak terus bersinar, tak terus menyala. Gangguan untuk memadamkan cahaya tersebut selalu ada, baik itu disengaja maupun tidak. Ibarat lentera bisa padam terkena hembusan angin dan bisa juga karena tiupan yang disengaja dari manusia.
Lentera mesti dijaga, dilindungi agar terus bersinar. Begitu juga tugas PLN di kala listrik padam, semuanya bertanya kenapa padam tanpa mencari sebabnya. Cacian makian, hujatan diterima manusia-manusia listrik tersebut.
Tetapi sebaliknya, ketika listrik berhasil dijaga dan menyala. Tiada pujian yang menerpa. Namun mereka ikhlas, mereka senang meski 24 jam menjaga cahaya kehidupan tersebut (listrik).
Mereka tersenyum puas dan bahagia ketika melihat ada sebuah gubuk di perdesaan terang benderang disinari bola lampu. Ya, pertanda produksi listrik mereka sukses dan berhasil. Energi kehidupan yang diberikan telah dirasakan manfaatnya.
Manusia-manusia listrik itu bertugas di Unit Induk Penyaluran dan Pusat Pengatur Beban (UIP3B) Kalimantan. Mereka berperan penting dalam menyediakan kebutuhan primer untuk masyarakat maupun pelanggan di Kalimantan Barat.
Berdasarkan data saat ini beban puncak di Pulau Kalimantan mencapai 2357 MW dan cadangan 309 MW. Khusus di Khatulistiwa atau Kalimantan Barat beban puncak tercatat 547 MW di tahun 2024 dengan cadangan 54 MW. Di mana ini terjadi kenaikan beban puncak dari tahun sebelumnya.
PLN UIP3B Kalimantan hingga saat ini berupaya semaksimal mungkin untuk menjaga cahaya agar dapat menerangi di seluruh bumi Kalimantan Barat. Dari Kota hingga perdesaan, selama ada instrumen teknologi disitu PLN bekerja untuk menjaga cahaya agar tidak padam.
Cahaya perlu dilindungi, tempat cahaya berlindung harus dijaga. Apa artinya cahaya yang terang namun ada penghalangnya, maka cahaya itu menjadi redup dan bias. Terlagi apabila sumber cahaya itu dirusak, maka akan menjadi kegelapan.
Di Kalimantan Barat terjadi suatu gangguan serius dalam operasional kelistrikan, penyaluran kadang gagal, produksi listrik menjadi tidak dapat disalurkan dan tidak optimal.
Tercatat tiga gangguan, yakni permainan layangan berkawat, petir dan pohon. Namun berdasarkan data, gangguan didominasi permainan layangan berkawat. Pada tahun 2022 terdapat 89 persen gangguan. PLN UIP3B Kalimantan pun berupaya menekan angka gangguan layangan berkawat tersebut.
Alhasil di tahun 2023, gangguan layangan berkawat turun menjadi 85 persen, meski masih mendominasi dari dua jenis gangguan lainnya. Upaya memberikan pelayanan terbaik terus dilakukan. Di tahun 2024 kembali menurun menjadi 78 persen.
Hendra Perdana seorang dosen maupun Akademisi dari Universitas Tanjungpura Pontianak melakukan riset terkait gangguan layangan berkawat yang kerap disebut-sebut PLN sebagai gangguan terbesar dalam operasional kelistrikan di Kalimantan Barat.
Riset yang dilakukan Hendra yakni turun diberbagai titik atau lokasi tempat permainan layangan berkawat, dan mewawancarai langsung para pelaku permainan layangan berbahaya tersebut.
“Kami turun langsung ke lokasi di lapangan dan sampai juga ikut mengejar permainan layangan berkawat,” kata Hendra Perdana, Kamis 14 November 2024 di Q Hall Convention Center Qubu Resort, Kabupaten Kubu Raya.
Hendra juga melakukan pemeriksaan secara detail terkait kawat yang digunakan. Hendra menilai permainan layangan sudah terjadi penyimpangan-penyimpangan.
Hendra terus mengulik rasa penasarannya, permainan layangan berbahaya ini kenapa dilakukan.
“Beberapa hasil riset yang kami lakukan secara rutin dilapangan, permainan layangan sudah menjadi tradisi, rekreasi bagi anak-anak. Bahkan hasil observasi permainan layangan sudah menjadi sebuah mata pencaharian,” ungkap Hendra.
Kawat yang digunakan pada permainan layangan, yakni untuk melilit benang layangan yang putus. Hingga akhirnya berhasil mendapatkan layangan yang putus tersebut. Selanjutnya layangan putus yang berhasil didapat, dijual kembali, mulai dari harga Rp 5000 sampai Rp 10 ribu.
Permainan ini tidak hanya dimainkan anak-anak dan dewasa, bahkan orang tua juga ikut memainkan permainan layangan berkawat. Bahkan permainan ini sering dijumpai di dekat tower atau sutet pendistribusian listrik ke masyarakat.
Hendra mengatakan, dalam risetnya yang juga memintai pendapat sejumlah akademisi, baik itu pakar pidana, pakar sosial hingga pariwisata. Untuk menyadarkan masyarakat akan pentingnya tidak memainkan layangan menggunakan kawat tidaklah mudah.
Sosialisasi, edukasi bahkan tindakan tegas juga tak membuat para pemain layangan berkawat tersebut tidak jera. Bahkan Pemkot Pontianak yang turut mengeluarkan peraturan daerah, yakni Perda nomor 19 tahun 2011 yang tertuang pada pasal 21 ayat 1, 2 dan 3.
“Layangan berkawat dikatakan tidak berbahaya itu salah besar, karena selain membahayakan pengguna jalan yang bisa menjadi korban fisik, juga sistem kelistrikan menjadi terganggu. Sementara listrik sangat dibutuhkan saat ini,” ucap Hendra.
Hendra pun mengajak masyarakat Kalimantan Barat untuk tidak memainkan layangan dengan menggunakan kawat, demi sistem kelistrikan terjaga dan semua mendapatkan manfaatnya dan agar tidak ada lagi yang menjadi korban tali layangan.

Pentingnya Ekosistem Peduli Listrik
General Manager PLN UIP3B Kalimantan, Abdul Salam Nganro menyatakan bahwa listrik di Kalimantan Barat sudah cukup baik dan peningkatan terjadi setiap tahunnya, di mana untuk daya sendiri mengalami surplus.
Namun kondisi maupun sistem perlu dilakukan pemeliharaan secara rutin guna menjaga kelistrikan tersebut.
“Saat ini Listrik sudah menjadi kebutuhan primer, sehingga PLN selalu konsisten dalam memberikan yang terbaik untuk masyarakat,” ujar Abdul Salam Nganro ketika memberikan sambutan atas pembukaan Ekosistem Peduli Listrik (EPL) Award 2024 di Q Hall Convention Center Qubu Resort Kabupaten Kubu Raya, Kamis 14 November 2024.
Abdul Salam mengatakan, namun untuk selalu konsisten dalam memberikan pelayanan tidak lah mudah, meski saat ini daya yang dimiliki terbilang surplus.
“Gangguan itu selalu ada, baik di sengaja maupun tidak, dan kami selalu memberikan percepatan perbaikan apabila terjadi gangguan,” ucap Abdul Salam.
Adapun Gangguan kelistrikan di Kalimantan Barat yang terjadi, yakni disebabkan oleh layangan, petir dan pohon, di mana menyebabkan listrik yang sudah diproduksi tidak dapat tersalurkan atau tersalurkan namun tidak optimal.
“Gangguan kelistrikan selama ini di dominasi layangan, kita bisa memperlihatkan data pada tiga tahun terakhir, baik itu di tahun 2022, 2023 dan 2024,” papar Abdul Salam.
Abdul Salam menerangkan, dari 100 persen gangguan yang terjadi dari tiga penyebab tersebut pada tahun 2022, didominasi layangan yakni sekitar 89, di tahun 2023 sekitar 85 persen dan di tahun 2024 sekitar 78 persen.
“Sisanya gangguan dikarenakan petir dan pohon,” beber Abdul Salam.
Kendati demikian, setelah melakukan evaluasi yang untuk pelayanan prima PLN atas kebutuhan primer masyarakat Indonesia, khususnya di Kalimantan Barat, pihaknya tidak pasrah begitu saja. Di mana sejumlah hal sudah dilakukan, terutama dalam melakukan pencegahan.
“Sosialisasi untuk mengedukasi terus dilakukan, terutama terkait layangan, tidak hanya kepada pada usia orang tua, dewasa, bahkan anak-anak juga diberikan edukasi atas pentingnya peduli dan sadar pentingnya menjaga listrik,” kata Abdul Salam.
Lanjut Abdul Salam, selain itu pihaknya juga melakukan percepatan perbaikan apabila terjadi gangguan, di mana perbaikan maupun perawatan bukan lah hal yang mudah, bahkan mengancam keselamatan petugas di lapangan apabila itu gangguan disebabkan layangan.
“Layangan yang dimainkan menggunakan kawat, melilit tower bahkan kabel, yang terjadi adalah kerusakan sistem penyaluran daya, bahkan ledakan. Ini tidak mudah dalam melakukan perbaikannya,” ungkap Abdul Salam.
Abdul Salam menyebutkan, langkah selanjutnya yang telah diambil pihaknya yaitu melakukan sinergitas bersama pemerintah daerah, TNI dan Polri yakni bersama-sama melakukan pencegahan permainan layangan berkawat tersebut.
“Di Pontianak sudah ada Perdanya, razia juga sudah dilakukan secara sinergitas, setiap harinya untuk menjaga tempat produksi listrik, tower/sutet agar tidak terkena gangguan layangan,” jelasnya lagi.
Namun yang terjadi, permainan layangan berkawat tersebut terus saja terjadi. Sehingga dengan adanya EPL Award 2024, yang merupakan kolaborasi antara PLN -Jurnalis mampu serta dapat menyadarkan masyarakat akan pentingnya peduli menjaga kelistrikan di Kalimantan, khususnya di Kalimantan Barat sendiri.
Butuhnya Kepedulian Masyarakat/Pelanggan Menjaga Listrik
Pulau Kalimantan, termasuk Kalimantan Barat memiliki daya listrik yang surplus, bahkan kebutuhan setiap tahunnya semakin bertambah. Namun tiada guna apabila listrik tersebut tidak dijaga.
Hal ini disampaikan Manager Komunikasi dan TJSL PLN UIP3B Kalimantan, Rizki Sandiaribaya saat memberikan technical meeting Ekosistem Peduli Listrik (EPL) 2024 yang diinisiasi oleh PLN UIP3B Kalimantan, Q Hallo Convention Center Qubu Resor, Kamis 14 November 2024.
Menurut Rizki Sandiaribaya, semangat kebersamaan dalam mengedukasi masyarakat untuk peduli listrik, khususnya di Kalimantan Barat sangatlah penting.
Lanjut Rizki, berbagai gangguan listrik yang terjadi di Kalimantan Barat, khususnya di Kota Pontianak, bahkan gangguan tersebut tidak hanya langsung mengganggu penyaluran listrik, melainkan produksi listrik juga terganggu.
“Gangguan didominasi layangan berkawat,” kata Rizki.
Dikatakan Rizki permainan layangan berkawat kerap kali menggangu operasional listrik. Di mana dampak dari layangan yang menggunakan kawat tersebut menyebabkan kerusakan dan pemadaman. Bahkan pendistribusian listrik dari tempat produksi tidak optimal.
“Jika masyarakat melihat terjadi kedip pada televisi dan lampu, itu penyebabnya adalah tali kawan layangan yang nyangkut pada tower/sutet maupun kabel listrik,” jelas Rizki.
“Akibat dari layangan tersebut, juga menyebabkan terjadinya pemadaman,” sambungnya.
Maka dari itu, dikatakan Rizki untuk menjaga listrik, baik itu produksi maupun pendistribusiannya perlu kepedulian bersama, termasuk masyarakat sendiri, yakni dengan cara tidak memainkan layangan berkawat serta tidak bermain di dekat tower/sutet serta kabel-kabel listrik.

Melawan 150 Ribu Volt Tegangan Listrik
Dalam dua tahun terakhir di Bumi Khatulistiwa, Kalimantan Barat terjadi pemadaman listrik. Tercatat lebih dari 300 ribu pelanggan yang korban pemadaman / Energy Not Served (ENS) akibat layangan berkawat.
Untuk meningkatkan kualitas pelayanan kepada masyarakat, PLN memiliki tim elite yang bernama PDKB bertempur memerhatikan savety yang sangat tinggi.
Tim elit PLN UIP3B Kalimantan ini bekerja dengan tegangan kistrik 150 ribu volt. Memperbaiki listrik akibat layangan berkawat tanpa listrik dipadamkan. Mereka menyentuh masih dalam keadaan menyala listriknya.
Dengan tujuan agar pemeliharaan tidak perlu memadamkan listrik konsumen. Karena harus disadari konsumen, pelanggan maupun masyarakat sangat membutuhkan energi ini. Di mana tim ini 24 jam selalu siaga menjaga kelistrikan di Kalimantan Barat.
Akibat perilaku oknum permainan layangan berkawat berdampak pada ratusan ribu pelanggan di Kalimantan. PLN UIP3B Kalimantan membuat sistem pertahanan berlapis.
Ada tiga pertahanan PLN UIP3B Kalimantan mengatasi persoalan tersebut. Pertama yakni mencegah tidak terjadinya gangguan akibat permainan layangan berkawat.
Apabila pertahanan pertama jebol, PLN UIP3B Kalimantan akan menggunakan pertahanan kedua yakni terjsdi gangguan namun tidak boleh padam. Namun apabila pertahanan kedua juga masih jebol, maka pertahanan ketiga yang akan digunakan, berpikir dan melakukan sesuatu hal agar tidak terjadi padam yang meluas serta pemulihan secepat mungkin.
Miftakul Anam, Assistant Manager Pemiliharan/PDKB UPT Pontianak mengungkapkan bagaimana tantangan dan rintangan dan pengorbanan tim nya dalam menjaga sistem kelistrikan apabila terjadi gangguan.
Menurut Miftakul Anam, timnya bekerja untuk selamat dan harus kembali dalam keadaan sehat meski tegangan yang dihadapi 150 volt.
“Memperbaiki sutet atau tower yang terkena layangan berkawat bukan lah hal yang mudah, ada nyawa yang dikorbankan. Sehingga keselamatan petugas itu yang diutamakan,” ungkap Miftakul Anam, Kamis 14 November 2024 saat melakukan pengecekan salah satu tower di Kecamatan Pontianak Utara.
Bukan hanya satu sampai dua jam bahkan tiga jam berada di sutet atau tower yang tegangan listrik dalam keadaan aktif. Melainkan hingga sampai 8 jam lamanya, apabila memang kawat listrik tersebut sampai melilit kabel penyangga antara satu sutet ke sutet lainnya.
“Kawat pada layangan itu bisa menempel, melilit dan kadang terbawa karena terpaan angin. Jika terjadi kesalahan sedikit saja, maka bisa celaka, keselamatan petugas terancam,” ujarnya.
Tower atau sutet yang dijaga juga bukan lah sedikit, Kota Pontianak menjadi tempat produksi listrik, membuat manusia-manusia listrik melakukan pengecekan dari sutet satu ke sutet lainnya.
“Ada 2000 tower/sutet di Kalimantan Barat ini,” ungkap Miftakul.
Sutet atau tower yang dilihat dengan kasat mata dari bawah belum tentu tidak ada gangguan kawat-kawat tersebut. Seperti yang Miftakul katakan, ad ayang dibawa terpaan angin, kemudian menempel pada kabel atau sutet.
“Petugas harus naik ke sutet yang kurang lebih tingginya rata-rata 35-40 meter, membersihkan kawat-kawat yang menempel dan menyangkut tersebut,” kata Miftakul.
Besar harapan pihaknya, potensi gangguan tersebut dapat dimengerti masyarakat, yakni agar tidak memainkan layangan berkawat. Di mana layangan berkawat menjadi trend gangguan selama 3 tahun terakhir.
“Per hari gangguan karena layangan kawat bisa terjadi empat sampai lima kali,” ucapnya.
Kerugian secara operasional dampak dari gangguan layangan berkawat tersebut, yakni listrik yang sudah diproduksi tidak dapat tersalurkan, sementara untuk memproduksi listrik menggunakan sumber lainnya.
“Kerugian bisa mencapai ratusan juta apabila terjadi gangguan, apalagi apabila terjadi ledakan,” tutup Miftakul.

Sosialisasi dan Edukasi Bahaya Permainan Layangan Sejak Dini
Untuk mengantisipasi ataupun menekan angka permainan layangan berkawat yang menggangu sistem kelistrikan di Kalimantan Barat. PLN UIP3B Kalimantan gencar melakukan sosialisasi dan edukasi kepada masyarakat, termasuk anak usia dini.
Arya Khamandanu, Assistant Manager Komunikasi dan Manajemen Stekholder UIP3B Kalimantan mengungkapkan gencarnya sosialisasi dan edukasi ini berlangsung sejak tahun 2023 hingga saat ini.
“Semua kita sampaikan apa itu listrik, bagiamana listrik tercipta hingga sampai dapat menerangi rumah mereka, bahkan hingga sampai kepada penyebab terjadinya kedip dan padamnya listrik,” jelas Arya.
Arya menjelaskan, berdasarkan hasil evaluasi dari sosialisasi dan edukasi yang dilakukan sejak tahun 2023 dan 2024 itu, gangguan terjadi penurunan.
“Alhamdulillah penurunan gangguan lumayan besar, namun abaukan berarti kami harus berhenti, melainkan gencarnya sosialisasi dan edukasi harus terus digalakkan, yang tujuannya untuk kenyamanan pelanggan atau masyarakat Kalimantan Barat,” kata Arya.
Lanjut Arya, edukasi ini tidak hanya terjun langsung ke masyarakat, melainkan mendatangi sekolah mulai dari tingkat SD hingga SMA.
“Tujuan kita kepedulian terhadap sistem kelistrikan disadari sejak usia dini, ketika mereka dewasa nanti mereka sudah mengetahui apa penyebab gangguan listrik, terutama terkait dengan layangan,” ujar Arya.
Sementara itu penerima sosialisasi dan edukasi PLN UIP3B Kalimantan, Fahri Ananda, yang merupakan seorang pelajar SMPN 28 Kota Pontianak mengaku tidak senang dengan permainan layangan.
Bahkan dirinya merasa dampak negatifnya akibat permainan layangan berkawat yang marak dimainkan di Kota Pontianak, bahkan di sekitar tempat tinggalnya.
“Tower kemarin meledak, karena layangan berkawat. Hampir satu harian listrik padam,” ungkap pelajar kelas 9 tersebut.
Fahri mengaku kesal dan resah apabila listrik padam, dirinya seakan sulit menjalankan aktivitas sehari-harinya, termasuk juga saat di sekolah.
“Di sekolah ada pelajaran komputer jika nanti listrik, kita tidak bisa belajar dan ada beberapa tugas juga harus menggunakan handphone, jika listrik tidak ada bagaimana menggunakannya,” ucap Fahri.
Fahri pun mengetahui sedikit banyak gangguan yang menyebabkan listrik padam, diantaranya seperti layangan berkawat.
“Pernah melihat layangan nyangkut ke kabel listrik dan meledak, kemudian listrik langsung padam,” ujar Fahri.
Fahri berharap agar tidak ada permainan layangan berkawat dan bermain di dekat kabel-kabel listrik, karena bagi Fahri itu merugikan pengguna listrik (pelanggan, red).

Ratusan Meter Kawat dan Ribuan Layangan Dalam Sebulan
Selain melakukan perbaikan dan edukasi serta sosialisasi, PLN UIP3B Kalimantan juga melakukan razia gabungan bersama TNI/Polri bahkan Satpol PP yakni untuk mencegah serta menindak para pelaku pemain layangan yang melanggar aturan.
Hal ini diungkapkan langsung oleh Feriansyah selaku Korlap Pontianak IV Tim Langit Biru PLN UIP3B Kalimantan saat melakukan razia di Kecamatan Pontianak Utara, Kamis 14 November 2024.
Feriansyah mengungkapkan, dalam satu bulan pihaknya bisa menyita ribuan layangan, khususnya dititik antara tower 13 sampai tower 30.
“Satu layangan bisa 15 meter kata yang digunakan, untuk layangan dalam sabulan bisa 30 layangan yang kami sita atau amankan,” kata Feriansyah.
“Jadi jika sebulan itu bisa ratusan meter kawat dan ribuan layangan. Jumlah layangan yang dimainkan di Kota Pontianak sangat lah banyak,” sambung Feriansyah.
Feriansyah menyatakan, Tim Langit Biru yang bertugas melakukan razia ini menjalankan tugas setiap harinya untuk mencegah terjadi permainan layangan berkawat yang dapat mengganggu sistem kelistrikan di Kalimantan Barat.
“Setiap hari kami turun, permainan ini tidak hentinya. Alasan mereka mengisi waktu kosong dan ada juga untuk tambahan uang saku. Karena. Layangan putus yang didapat dengan menggunakan tali berkawat tersebut dijual kembali dengan harga Rp5 ribu,” ungkap Feriansyah.
Pihaknya tidak hanya melakukan razia para pemain layangan berkawat, melainkan juga apabila mengetahui adanya produsen langsung mereka datangi.
“Sejauh ini mereka sembunyi-sembunyi sudah tidak ada yang jualan secara terang-terangan di toko-toko. Melainkan dijual melalui WhatsApp atau media sosial,” ungkapnya lagi.
Permainan layangan berkawat juga sudah dipetakan oleh Tim Langit Biru, yakni mulai pukul 14.00-18.00 wib untuk hari Minggu atau libur. Sedangkan untuk hari lainnya dimainkan pada pukul 16.00 wib sampai pukul 18.00 wib.
Feriansyah mengungkapkan pula, mereka bermain banyak didekat tower/sutet. Sehingga tidak di satu tempat saja, mereka bermain di dekat sungai, di dalam gang-gang kecil, bahkan ada yang main di atap rumah.
“Itu kita temukan semuanya,” ujarnya.
Ditambahkan oleh Feriansyah, ketika berhasil melakukan razia serta menyita layangan tersebut langsung dimusnahkan pihaknya, terkait dengan penegakan hukum, pihaknya menyerahkan kepada pihak berwenang, mengingat atas permainan layangan berbahaya sudah ada aturan Perda Kota Pontianak.
“Kita tidak bertindak sendiri ada kepolisian, ada TNI dan kadang kita juga bersama Sat Pol PP. Untuk yang sudah ditemukan berulang kali memainkan permainan layangan bahaya ini, langsung kita serahkan kepada aparat penegak hukum,” tuntasnya.