Pontianak

Festival Bakcang Pontianak dan Semangat Toleransi di Tepi Kapuas

×

Festival Bakcang Pontianak dan Semangat Toleransi di Tepi Kapuas

Sebarkan artikel ini

PONTIANAK – Taman Alun Kapuas dipenuhi gelak tawa dan semangat kebersamaan pada Sabtu (31/5/2025), saat ribuan warga tumpah ruah mengikuti Festival Bakcang 2576.

Perayaan budaya Tionghoa yang digelar setiap tanggal 5 bulan 5 dalam kalender lunar ini bukan sekadar pesta kuliner, melainkan wujud nyata harmoni dan keberagaman di Kota Khatulistiwa.

Tahun ini, Festival Bakcang mencatat sejarah baru: resmi masuk dalam Kalender Event Kota Pontianak.

Ragam kegiatan meriah mewarnai festival, mulai dari lomba makan bakcang, makan bersama di atas kapal wisata menyusuri Sungai Kapuas, hingga perang air yang menyegarkan suasana. Tak tanggung-tanggung, panitia menyiapkan seribu bakcang halal gratis untuk para pengunjung, menjadikan festival ini inklusif dan terbuka bagi semua kalangan.

Budaya yang Menyatukan

Wakil Wali Kota Pontianak, Bahasan, menegaskan pentingnya pelestarian budaya lokal sebagai bagian dari identitas kota. “Budaya dan tradisi masyarakat Tionghoa telah lama menjadi bagian dari kekayaan Pontianak. Festival Bakcang adalah bentuk nyata warisan itu,” ujarnya.

Menurut Bahasan, sejak digelar secara mandiri oleh DPD Majelis Adat Budaya Tionghoa (MABT) Kota Pontianak pada 2022, festival ini terus menunjukkan perkembangan positif.

Kini, dengan status sebagai agenda resmi pariwisata kota, Festival Bakcang diharapkan mampu mendongkrak kunjungan wisatawan dan mendorong pertumbuhan ekonomi lokal.

“Jika dikemas secara profesional, festival ini punya potensi besar sebagai daya tarik wisata budaya, bahkan hingga mancanegara,” tambahnya.

Ia juga berharap kegiatan seperti ini menjadi media edukasi lintas budaya bagi generasi muda, memperkuat nilai-nilai toleransi dan persatuan.

Semarak dan Semangat Baru

Ketua Panitia Festival, Hendry Pangestu Lim, menyebut tahun ini sebagai yang paling meriah sepanjang sejarah penyelenggaraan.

Salah satu inovasi adalah penambahan kapal wisata—tiga armada disiapkan, termasuk satu kapal VIP—yang membawa pengunjung menikmati panorama Kapuas sambil mencicipi bakcang.

“Tiga tahun lalu kami hanya punya satu kapal. Sekarang, antusiasme masyarakat membuat kami harus menambah armada,” katanya bangga.

Tak hanya warga lokal yang hadir, festival ini juga menarik tamu dari Brunei Darussalam dan Tiongkok, serta diikuti oleh lebih dari 20 perwakilan etnis di Pontianak.

Sebuah bukti bahwa budaya dapat menjadi ruang pertemuan lintas batas dan lintas identitas.

“Festival ini menunjukkan bagaimana keberagaman bisa menjadi kekuatan. Kita ingin Pontianak dikenal sebagai kota yang paling toleran di Indonesia,” ujar Hendry, yang juga menjabat sebagai Ketua MABT Kota Pontianak.

Salah satu acara yang paling dinanti adalah “Perang Air”, di mana warga saling menyemprotkan air sebagai lambang keceriaan dan kebersamaan.

Suasana penuh warna dan tawa menjadi penutup yang manis dalam perayaan ini.

Pontianak Menuju Destinasi Wisata Budaya

Festival Bakcang bukan hanya ajang tahunan, tetapi momentum memperkenalkan Pontianak sebagai kota wisata berbasis budaya.

Dengan dukungan Pemerintah Kota, harapan besar disematkan agar festival ini terus tumbuh dan berkembang.

“Terima kasih kepada semua pihak yang telah mendukung. Semoga tahun depan Festival Bakcang bisa lebih meriah lagi,” pungkas Hendry.

Di tengah semarak seribu bakcang dan semprotan air yang membasahi wajah-wajah ceria, Pontianak menegaskan jati dirinya: kota yang ramah, berbudaya, dan menjunjung tinggi nilai keberagaman.

error: Content is protected !!