KUCHING – Di tengah rimbunnya hutan hujan tropis kaki Gunung Santubong, ribuan orang dari berbagai penjuru dunia berkumpul menikmati suguhan musik lintas budaya dalam Rainforest World Music Festival (RWMF) 2025.
Festival tahunan yang telah digelar ke-28 kalinya ini berlangsung selama tiga hari, dari 20 hingga 22 Juni 2025, di Kampung Budaya Sarawak, Malaysia.
Dengan tema “Connections, One Earth One Love”, RWMF tahun ini mengedepankan kolaborasi lintas bangsa, merayakan keberagaman dalam satu panggung yang memadukan musik tradisional, etnik, dan kontemporer dari Afrika, Eropa, Amerika Latin, Timur Tengah, hingga Asia.
Namun RWMF bukan sekadar festival musik. Di sinilah harmoni suara bertemu dengan semangat pelestarian budaya dan lingkungan.
Dikelilingi pohon-pohon tropis yang menjulang dan udara segar khas hutan hujan, pengunjung juga diajak menyelami kearifan lokal Sarawak melalui rumah-rumah adat yang diubah menjadi galeri interaktif suku-suku asli.
Claras Glowman, wisatawan asal California, menyebut pengalamannya tahun ini sebagai sesuatu yang tak terlupakan.
“Saya datang dari Amerika khusus untuk RWMF karena keunikannya. Musiknya sangat otentik, dan lokasinya luar biasa,” ujarnya antusias.
Sementara itu, Kevin Nila, Pengurus Responsibility Tourism RWMF 2025, menargetkan jumlah pengunjung menembus angka 26.000 selama penyelenggaraan.
“Kami bangga karena festival ini bukan hanya soal musik. Ini juga wadah diplomasi budaya dan promosi ekowisata Sarawak yang berkelanjutan,” katanya.
Dari denting alat musik tradisional hingga ritme elektronik yang berpadu apik, RWMF 2025 kembali membuktikan diri sebagai ajang pertemuan manusia, alam, dan seni dalam satu perayaan universal: merayakan bumi dan keberagaman melalui nada-nada yang menyatukan.