Ubah Stigma Kampung Beting Melalui Berbagai Media Komunikasi

AKSARALOKA.COM, PONTIANAK – Gemawan menyalurkan hasil donasi online kepada komunitas penambang sampan yang berada di dermaga Beting, Minggu (27/3/2022).

Sri Haryanti, pegiat Gemawan menyebutkan kegiatan ini merupakan rangkaian aktivitas penguatan Gemawan terhadap kelompok penambang sampan di kawasan Kampung Beting.

Sebelumnya Gemawan dan Pemerintah Kota Pontianak merilis buku komik Meraih Mimpi Perubahan di Kampung Beting bulan Februari lalu.

Melalui platform Kitabisa, Gemawan menggalang dana publik untuk membantu komunitas penambang sampan memperbaiki dermaga mereka.

“Memang dana yang terkumpul tidak besar, sekitar Rp 5juta, hasil itu kami belikan kebutuhan renovasi dermaga agar bisa menjadi stimulus bagi para penambang untuk terus mengayuh sampannya,” imbuh Ketua Divisi Good Governance Gemawan di sela kegiatan.

“Para penambang sampan ini ikut mencatatkan sejarah di Pontianak. Sehingga sulit memisahkan sampan dengan Kota Pontianak,” ujar Hermawansyah, Dewan Pengurus Gemawan, yang memberikan sambutan di hadapan puluhan penambang.

Wawan, sapaan akrabnya, menjelaskan bahwa ruang hidup utama masyarakat Pontianak di masa lalu berada di sungai. “Dari sungai ini Kota Pontianak mendirikan sentra-sentra kebudayaan, tempat interaksi para aktor yang kini masih berdiri, seperti Istana Kadriyah, Masjid Jami’, dan Sungai Kapuas ini sendiri,” jelasnya.

“Perkembangan Pontianak di masa sekarang sesungguhnya masih menjadikan sungai sebagai ruang hidup, ini dibuktikan dengan pembangunan waterfront city dan renovasi di sepanjang bantaran Kapuas,” ulas Wawan, yang kini juga menjadi Dinamisator Badan Restorasi Gambut dan Mangrove (BRGM).

Ia menyoroti pula perkembangan infrastruktur ini harus dibarengi dengan peningkatan kapasitas sumberdaya manusia yang ada sembari tetap menjaga budaya sungai. “Budaya sungai yang ada turut dijaga oleh penambang sampan. Alasan ini menyebabkan Gemawan hadir di Beting menemani penambang sampan,” tegas Wawan. Menurutnya banyak hal yang bisa dilakukan di Beting, seperti menyiapkan ruang baca publik, melahirkan sentra ekonomi kolektif, serta aktivitas lain.

Wawan menerangkan, melalui Kongres Kebudayaan Indonesia 2018, pemerintah telah merumuskan Strategi Kebudayaan Indonesia sebagai langkah pemajuan kebudayaan. “Budaya kita adalah akal sehat kolektif, sebagaimana dipraktikkan komunitas penambang sampan di sini. Bersandar hal itu, maka perlu kolaborasi dan aksi bersama pula untuk memajukan mereka, para penjaga budaya sungai di Pontianak,” ucapnya.

Selain penyerahan bantuan untuk komunitas penambang sampan, Bappeda Kota Pontianak juga hadir dalam kegiatan ini. Plt. Kepala Bappeda Kota Pontianak, Trisna Ibrahim, ST., MT., menyerahkan komik Merajut Mimpi di Kampung Beting kepada anak-anak di kawasan ini.

“Stigmatisasi yang terbentuk di sini harus kita ubah. Melalui berbagai media komunikasi, kita harus sampaikan ke dunia luar bahwa Beting tidak seperti yang terstigmakan,” jelasnya.

Melalui komik ini pihaknya ingin menunjukkan bahwa Beting tidak seperti yang dipikirkan orang luar, juga membiasakan anak-anak kita membaca dari kecil.

Trisna berharap, kelak anak-anak yang telah membaca komik ini dapat menceritakan kembali kampungnya.

“Ketika mereka menjadi pemimpin di Kota Pontianak, mereka bisa menceritakan kembali lingkungannya, kampungnya, serta perjuangan orangtuanya,” harapnya.

Respon (61)

Komentar ditutup.

error: Content is protected !!