“BERHARAP BPJS MANDIRI YANG TAK KUNJUNG TERBIT, MESKI TETAP BERUPAYA TEGAR MENGHADAPI PAHITNYA HIDUP”
AKSARALOKA.COM, KUBU RAYA-Sang surya terik menyengat kulit tatkala media ini menyambangi sebuah gubuk reot yang letaknya hanya beberapa meter dari Jalan poros Ampera Raya Kecamatan Sungai Ambawang Kabupaten Kubu Raya. Saat berada tepat didepan rumah berdinding papan dan beratap daun tersebut, sayup-sayup terdengan suara tangisan perempuan diselingi dengan suara parau seorang pria bernada menenangkan.
Awak media aksaraloka.com tak lupa memberi salam, disusul sambutan salam dari sang pemilik rumah. Dari balik pintu rumah berukuran tak lebih dari 4 x 5 meter itu keluar seorang pria tua dengan wajah lesu penuh kerutan menyapa ramah dan mempersilahkan masuk. Herwadi (54), yang biasa disapa Along, diketahui tinggal bersama Murni (48) istri dan Fatimah (39), anak perempuannya. Yang tak biasa dari keluarga ini, istri dan anak Along tersebut mengalami gangguan jiwa (ODGJ. Red).
Tidak hanya bertugas mencari nafkah untuk keluarga, Along juga harus bersabar mengurus sang istri dan anak tercinta yang tak normal. Sebagai kepala keluarga, Along memang harus bisa berbagi waktu antara pekerjaan dan keluarganya.
Menurut Along dari sejak kecil ada kelainan dari fisik Fatimah. Fatimah yang lahir prematur, baru bisa berjalan diusia 4 tahun. Dia pernah mengecap bangku kelas 1 SD, karena sering murung dan menangis oleh Along, sekolahnya tidak dilanjutkan ke jenjang berikutnya. Mirisnya lagi, lambat laun hingga remaja mulai ada kejanggalan pada kejiwaan anaknya tersebut. Fatimah, malah sering berbicara dan tertawa sendiri serta berjalan tak tentu arah.
Sementara Murni, yang dinikahi Along tahun 2018 merupakan istri kedua. Istri pertamanya yang bernama Bainah, telah meninggal dunia karena sakit pembuluh darah. Awal pernikahannya dengan Murni, diungkapkan Along sungguh bahagia. Saat itu Along dan Murni menopang kehidupan keluarga dengan berdagang apa saja dipinggir jalan Trans Kalimantan. “Kebetulan rumah saya waktu itu dekat dengan jalan raya, jadi enak berjualan,” kata Along.
Namun, karena ada permasalahan keluarga membuat Along, terpaksa harus mencari tempat tinggal baru. Kebetulan ada seorang teman yang mempunyai tanah kosong dan mengizikannya untuk membangun rumah seadanya, sekaligus menjaga tanah tersebut yang terletak di Jalan Raya Ampera Desa Ampera Raya Kecamatan Sungai Ambawang.
Ditempat inilah awal kesedihan dimulai. Usaha dagang ditempat yang baru ternyata tidak berjalan mulus seperti yang diharapkan. Murni, sang Istri justru mulai berperangai aneh. Berimpi hal-hal mistis kerap dialaminya hampir setiap malam, hingga menjadikan dirinya seorang insomnia (penyakit susah tidur. red).
Murni pun lantas bertingkah aneh, seperti bicara sendiri, menghancurkan barang-barang di rumah, menyerang suami hingga kabur keluar rumah. Sang istri juga sering melakukan kegilaan lainnya seperti membuka bajunya sendiri. Dimanapun, Along, suaminya berada selalu dikuntilnya. “Terus terang beberapa kali saya diancam mau dibunuh,” ungkapnya.
Melihat kondisi istri dan anaknya yang mengalami kelainan, bukan tanpa usaha Along, telah berupaya maksimal, baik menyambangi Dinas Sosial maupun Puskesmas guna meminta bantuan, tapi hasilnya nihil. Tak hanya itu, puluhan paranormal juga sudah dia datangi, setali tiga uang juga tak ada pula perubahan. Sebenarnya Along, ingin membawa sang anak dan istri ke Rumah Sakit Jiwa (RSJ). Namun setiap hari, dirinya kadang bekerja kadang tidak. Kalaupun dapat uang atau ada bantuan tetangga, hanya cukup untuk makan sehari-hari.
Meskipun harus kerepotan mengurus anak dan istri yang menderita gangguan jiwa, Along, tetap setia. Dia memilih untuk menghabiskan sisa waktu yang ada dengan keluarganya, meskipun tidaklah normal seperti kebanyakan keluarga pada umumnya.
Mengharap BPJS Mandiri yang Tak Kunjung Terbit
Kepala Desa Ampera Raya Junaidi Raja, melalui Kasi Kesejahteraan dan Pelayanan Juliani, selalu berupaya membantu agar anak dan istri Along, bisa mendapatkan pengobatan secara layak di Rumah Sakit Jiwa (RSJ). “Untuk berobat gratis ke RSJ, dibutuhkan kartu BPJS. Dalam hal ini kami telah mengupayakannya agar anak dan istri Along, menjadi anggota BPJS mandiri melalui Dinas Sosial Kubu Raya,” ujar Juliani.
Ditambahkan Juliani, pengurusan BPJS mandiri butuh waktu 20 hari dalam penerbitannya. Maka diharapkan keluarga Along, untuk bersabar menunggu administrasi yang mau tak mau harus dilalui, meski terkesan lamban. “Mudah-mudahan tidak molor ya, karena maklum saja kita sangat prihatin dengan kondisi anak dan istri Along yang mesti segera mendapatkan perawatan kejiwaan,” bebernya.
Sementara itu, Along meminta pihak-pihak terkait yang mengupayakan kartu BPJS mandiri untuk anak istrinya bisa disegerakan. Pasalnya, dalam dirinya mulai timbul kekhawatiran terhadap prilaku emosional yang tidak stabil pada diri istrinya. “Bukan apa, saya takut terjadi hal-hal yang tidak diinginkan terhadap lingkungan sekitar dan diri saya. Tapi apa boleh buat, aturan administrasi mesti juga dipatuhi, ya….tunggu sajalah entah sampai kapan,” ujarnya bernada pasrah.
valif pills nick – secnidazole tablet buy sinemet cheap
modafinil 100mg pills – purchase lamivudine combivir price