PONTIANAK – Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) RI Hasto Wardoyo minta agar Penjabat Gubernur, Bupati dan Penjabat Wali Kota di Kalimantan Barat untuk konsen dalam upaya menurunkan angka stunting.
Hingga saat ini angka stunting di Kalbar masih berada di 27,8 persen, di harapkan pada tahun 2024 angka stunting itu bisa turun di angka 14 persen.
“Hal ini akan saya laporkan pada Menteri Dalam Negeri dan Presiden untuk evaluasi apabila terdapat satu derah yang angka stuntingnya tidak mengalami penurunan,” kata Kepala BKKBN Kalbar, Hasto Wardoyo Rapat Koordinasi program Bangga Kencana dan percepatan penurunan stunting Provinsi Kalbar di Pontianak, Rabu 6 September 2023.
Hasto mengatakan dirinya juga meminta perusahaan bisa menjadi bapak asuh anak stunting. Begitupula dengan Penjabat Gubernur, Bupati dan Wali Kota. Jika stunting tak turun akan saya lapor Kemendagri dan Presiden untuk dievaluasi.
“Indikator prestasi kinerja keberhasilan kepala daerah dalam mensejahterakan warganya dan memacu kemajuan pembangunan daerah salah satunya adalah stunting,” ungkap Hasto.
Hasto mengingatkan jika angka stuntingnya nanti tidak dapat turun sampai di angka 15 persen maka ini akan menjadi tugas berat. Dan tentunya mata presiden hal itu akan menjadi perhatian serius.
Di Kalbar sendiri dalam penanganan stunting perlu menyasar ke daerah strategis. Seperti Sambas kata dia penduduknya banyak kemudian dibeberapa kabupaten kota angka pernikahan dininya masih tinggi.
“Melawi itu kawin usia mudanya masih banyak. Ini perlu perhatian,” katanya.
Sehingga untuk mengejar 14 persen angka stunting di 2024 perlu kerja keras bagi Kalbar.
Agar kasus stunting bisa turun dimintanya agar para pasangan yang akan menikah betul-betul dikondisikan kesiapannya sehingga tidak menghasilkan stunting baru.
Hasto melanjutkan pandangannya kesadaran di Kalbar untuk menginput data pra nikah rendah. Sebagai contoh selama setengah tahun ini data yang masuk hanya dua ribu padahal penikahan lebih dari 14 ribu pasangan.
Untuk mencegah agar tidak ada stunting baru maka itu harus dicegah. Jangan sampai kepala daerah semangatnya hanya mengejar anak stunting tapi yang mau hamil tidak dikejar, padahal orang yang menikah itu hampir 80 persen hamil di tahun pertama.
Stunting ini perlu menjadi perhatian. Jika strateginya tidak cerdas maka akan kedodoran dan stunting baru akan lahir terus karena hanya memperhatikan kasus paparan stunting, namun yang belum lahir tidak dipikirkan.
“Saya berharap kalau bisa mencegah lahirnya stunting baru,” pungkas Hasto.