LANDAK – Pihak PT. Palma Bumi Lestari (PBL) mengklarifikasi isu terkait perusahaan yang disebut tidak melakukan rehabilitasi sungai dan penyediaan air bersih bagi warga pasca insiden kebocoran limbah pabrik yang mencemari sungai.
Humas PT PBL, Nikodemus, menyebut, bahwa pihak perusahaan telah memenuhi kompensasi yang diminta oleh perwakilan masyarakat pada tiga wilayah adat, yakni Binua Belantian Hilir, Binua Selibong, dan Binua Pantu Seratus.
Yakni berupa pembayaran adat sebesar Rp 125.850.000,- yang dibayar tertanggal 27 Maret 2023, sesuai kesepakatan dalam upaya penyelesaian secara adat antara pihak perusahaan sesuai dengan hasil musyawarah bersama tiga timanggong dari masing-masing binua, pada Sabtu, 25 Maret 2023 lalu.
Selain kompensasi berupa pembayaran adat, pihak perusahaan melalui Humas perusahaan PT. PBL dan KTU juga telah menyalurkan dana sebesar Rp 75 juta untuk pembuatan air bersih, yang didistribusikan ke 3 desa yang terimbas dan telah diserahkan langsung ke masing-masing desa.
“Kita telah menyerahkan dana untuk pembuatan sumur bor masing-masing 1 unit ke setiap desa dengan nilai mading-masing Rp 25 juta dan langsung kita serahkan ke desa pada tgl 7 Maret 2024 lalu, bukti kwitansi penyerahan dana dan dokumentasi masih ada,” ujar Nikodemus. Sabtu, 12 April 2025.
Selanjutnya Nikodemus juga menyampaikan bahwa di tahun 2025 ini, pihak perusahaan tetap berkomitmen untuk melanjutkan bantuan air bersih berupa sumur bor di 3 desa yang sama yaitu Desa Sekais, Desa Nyiin dan Desa Tebedak.
“Bantuan air bersih berupa sumur bor akan kita realisasikan di tahun 2025 ini untuk menambah unit bantuan terdahulu. Harapan kita bantuan sumur bor di tahun lalu telah dinikmati oleh warga masyarakat. Dan untuk itu kami akan segera berkoordinasi kembali dengan para Kades di 3 desa tersebut,” katanya.
Nikodemus menambahkan, untuk tambahan pembuatan sarana air bersih di tiga desa tahun 2025 ini, nantinya akan diserahkan ke desa melalui kades dan diharapkan proyek pembuatan Sumur Bor ini dapat melibatkan dan menyerap tenaga warga setempat.
