PONTIANAK – Sejumlah pemangku adat Bone dan Gowa Sulawesi Selatan berkunjung silaturahmi Tudang Sipulung bersama keluarga besar Lontara Assiajingetta Daeng (LA-DAENG) Wija La Patau Matanna Tikka di Parit Haji Husin 2, Pontianak, Kalimantan Barat, Minggu, 4 Desember 2022.
Pemangku adat Bone dan Gowa itu diantaranya Andi Baso’ Hamid (Ketua Dewan Adat Bone, Pewaris Raja Bone/Cucu Raja Bone ke-33), Andi Imam Kumala Idjo atau Anak Karaeng adalah anak Sombayya (Raja) Gowa ke-38, Andi Nadir, kerabat Sombayya Gowa, Wija La Patau Matanna Tikka Raja Bone ke-16, Abdi Mahesa, budayawan muda Bone, sekretaris dewan adat bone, wija la patau matanna tikka Mangkau’ (Raja) Bone ke-16 serta Andi Mega, wija la patau matanna tikka Mangkau’ (Raja) Bone ke-16.
Secara kebetulan, tokoh pemangku adat Bone dan Gowa ini berada di Pontianak juga menghadiri salah satu kegiatan masyarakat bugis di Kalimantan Barat.
“Kegiatan ini merupakan agenda silaturahmi menyambung ikatan persaudaraan kepada keluarga besar yang berada di Sulawesi Selatan,”ucap salah satu tokoh dari keluarga besar La-DAENG, Munir Putra, Minggu 4 Desember 2022.
“Kegiatan ini dalam rangka silaturahim kepada para tokoh adat Bone dan Gowa. Kebetulan para tokoh dewan adat ini juga berkunjung ke Pontianak,”sambungnya.
Menurut Munir, silaturahmi ini bersifat kekeluargaan membahas soal adat dan budaya. Terlebih, para tokoh yang hadir juga menyempatkan diri berdiskusi untuk memetakan garis keturunan para leluhur keluarga besar La-Daeng.
“Kita bukan minta pengakuan, tapi menelusuri, mencari kebenaran asal-usul leluhur dari mana nenek monyang kita, itu saja,”kata Munir.
Munir mengatakan, meskipun telah mendapatkan pengakuan langsung dari dewan adat Bone berupa stamboong asli yang diperlihatkan nasabnya sampai ke Raja Bone- 16, La Patau Matanna Tikka, namun kata Munir ini bukanlah suatu hal untuk diumbar secara umum.
“Biarkan bukti dan fakta yang bicara , kami tak minta pengakuan, kami hanya mencari untuk membuktikan kebenaran,”ujar Munir.
Meski demikian, Munir yang mewakili Keluarga Besar La-Daeng ini menyambut baik dan penuh rasa syukur karena keluarga besar La-Daeng dapat bertemu dengan para tokoh adat Bone dan Gowa itu.
“Alhamdulillah, kami mendapat berkah, sehingga dapat dipertemukan dan Bersilaturrahim,”ujarnya.
Untuk diketahui, istilah Tudang dalam bahasa Bugis berarti duduk, sedangkan Sipulung berarti berkumpul. Dengan demikian secara asal usul kata Tudang Sipulung berarti duduk berkumpul kemudian diartikan sebagai musyawarah bersilaturahmi.
Di mana keluarga besar La-DAENG yang berada di Kalimantan Barat merupakan salah satu wija (keturunan) dari Raja Bone ke-16, La Patau Matanna Tikka Mangkau’ Bone ke-16, Datu Soppeng ke-18 dan Paddanreng Tuwa Wajo-18.
Singkat dari garis keturunan itu sampai kepada bangsawan asal Bone bernama La Temmu Page Arung Labuaja sang jenderal Kerajaan Bone dengan taktik perang gerilyanya.
La Temmu Page Arung Labuaja tersebut mempunyai anak bernama Kapitang La Palancoi. Kapitang La Palancoi sendiri mempunyai istri bernama I Commok Puang Remang yang memilih untuk menetap di Kalimantan Barat hingga akhir hayatnya. Dari sinilah asal muasal keturunan garis besar nasab La-Daeng ini hingga anak cucunya menyebar di tanah Kalimantan Barat.