Budaya

Borneo Culture Museum, Pilihan Tepat Wisata Sejarah dan Budaya Serawak Malaysia

×

Borneo Culture Museum, Pilihan Tepat Wisata Sejarah dan Budaya Serawak Malaysia

Sebarkan artikel ini

KUCHING – Borneo Culture Museum, salah satu musem terbesar di Asia Tenggara. Museum megah namun tak meninggalkan ke-khasannya ini merupakan destinasi wisata andalan Serawak, Malaysia.

Museum ini terletak persis di tengah kota, tepatnya di Jalan Tun Abang Haji Openg, Kuching, Serawak, Malaysia.

Museum ini dibangun di atas lahan seluas 31.000 meter persegi dan menjadi salah satu museum terbesar di Asia Tenggara, dan baru diresmikan pada tahun 2022.

Siang itu, Senin (20/3), setibanya di PLBN Entikong, kami langsung dijemput oleh Pitter Tan, seorang agen travel yang ditunjuk oleh Sarawak Tourism Board (STB). Pitter Tan sekaligus menjadi pemandu kami selama di Kuching, Malaysia.

Hari itu, cuaca Kota Kuching sedikit mendung. Tapi tidak mematahkan langkah kami untuk mengunjungi beberapa tempat wisata di sana.

Agenda pertama adalah mengunjungi Borneo Cultures Museum.

Menurut Pitter, Borneo Cultures Museum merupakan museum yang terdiri dari 5 lantai, dengan berbagai pameran dan aktivitas edukasi menarik, dimana hampir semua aktaksinya memadukan budaya dan teknologi yang modern.

Museum ini juga menyimpan benda-benda sejarah, khususnya sejarah Sarawak. Seperti sejarah pasar Sarawak, peradaban masyarakat Serawak hingga benda-benda kuno yang usianya ratusan tahun silam.

Begitu tiba di pintu masuk museum, kami pun dibuat kagum. Bangunan megah dengan bentuk yang unik tidak tampak seperti laiknya museum, melainkan mal atau hotel mewah.

Pitter mempersilahkan kami masuk dan menunggu sejenank di lobby. Sedangkan dia sibuk mengurus tiket di loket. Tak lama kemudian, ia pun mengajak kami untuk menaiki tangga berjalan (escalator), dari lantai satu ke lantai berikutnya.

Lantai pertama merupakan Temporary Exhibition Gallery, Museum Auditorium, Museum Function Room, Museum VIP Lounge, Museum Shop, Museum Restaurant.

Lantai kedua terdiri dari Children’s Gallery (galeri anak-anak), Love our Rivers (Sayangi Sungai Kita), Arts & Craft.

Untuk lantai tiga merupakan Permanent Gallery, In Harmony with Nature (Coastal, Rainforest, Highlands), Museum Education Room 3.

Lantai empat berisi Permanent Gallery, Time Changes (Cave Discoveries, and Borneo Empires), Sejarah Pembentukan Sarawak, Multipurpose Room 2, Museum Education Room 4.

Sedangkan lantai lima terdiri dari Permanent Gallery, Objects of Desire (Trade of Craftsmanship, Powerful Designs, and Status), Museum Education Room 5.

Salah seorang wisatawan asal Kalimantan Barat, Sucia Lucinda mengaku senang bisa berkunjung di Borneo Culture Museum. Perempuan yang akrab disapa Suci itu mengaku mendapatkan banyak edukasi baru mengenai sejarah Sarawak.

“Borneo Culture Museum jadi satu tempat paling recommended untuk dikunjungi dari sekian banyak destinasi wisata di Sarawak,” ucap Suci.

Terlebih lagi, kata Suci, Borneo Culture Museum memadukan unsur-unsur warisan budaya dan teknologi modern yang membuat pengunjung tak mudah bosan.

“Di lantai 4 terdapat sebuah buku digital seukuran ruangan yang dapat dipindahkan halaman demi halamannya dengan sensor gerak tubuh. Bukunya berisikan tentang sejarah kehidupan yang ada di Sarawak. Sangat takjub dengan yang ditampilkan di dalam Borneo Culture Museum ini. Banyak pengetahuan yang saya dapat,” kata Suci.

Usai berkeliling menyusuri museum, kami pun dibawa ke Kuching Waterfront, salah satu tempat berkumpul paling populer di ibu kota negara bagian Sarawak, Malaysia. Suatu tempat romantis yang tak lekang dimakan zaman.

Suasananya seperti tepian sungai di negeri Melaka, namun yang berbeda adalah Sungai Sarawak lebih besar dan luas. Keramaian di tepian sungai Melaka lebih terasa pada siang hari, namun keramaian tepi sungai Sarawak yang lebih dikenal dengan Kuching Waterfront lebih dinikmati pada malam hari.

Kuching Waterfront membentang sekitar 900 meter di sepanjang tepi selatan sungai Sarawak. Di sepanjang kawasan itu berjajar warung makan, restoran, bistro dan pedagang kaki lima. Di sekitarnya juga berdiri bangunan-bangunan era kolonial yang telah dirancang ulang untuk kebutuhan di era modern saat ini.

Bangunan-bangunan tersebut diantaranya adalah Museum Sejarah Cina, Sarawak Steamship Building dan Square Tower. Kuching Waterfront menawarkan pemandangan tepi utara sungai, dengan bangunan Astana sebagai rumah dinas Gubernur dan Fort Margherita tampak menonjol dengan eksterior putihnya. Kemudian ada Gedung Legislatif Negara Bagian Sarawak yang mengesankan kekuatannya dalam mendominasi cakrawala.

Di sekitarnya juga berkumpul pemukiman suku Melayu yang dinamakan Kampung Melayu. Tempat ini mengisahkan sepotong warisan Sarawak yang berasal dari masa pemerintahan keluarga Brooke atau yang memiliki nama lengkap James Brooke.

Pada malam hari, air mancur Darul Hana Musical hadir dengan tampilan penuh warna. Tepat di sebelah air mancur ini, terbentang Jembatan Darul Hana. Jembatan gantung untuk pejalan kaki berbentuk S ini dibuka untuk umum pada bulan November 2017.

Kemudian Masjid Terapung yang terinspirasi dari Timur Tengah juga dapat kita nikmati dari kawasan waterfront. Pengalaman matahari terbenam sangat memikat, dengan kita memandang tenggelamnya matahari di balik gunung Serapi.

Saat bulan Ramadhan biasanya kawasan ini akan semakin ramai dengan pedagang makanan. Kue lapis khas Sarawak yang legit dan cantik juga biasa kita temui di kawasan ini.

Respon (60)

Komentar ditutup.