Tidak Hanya Tingkatkan Perekonomian di Kalbar, Kratom Juga Sebagai Paru-paru Dunia

AKSARALOKA.COM, PONTIANAK – Tanaman kratom dalam beberapa tahun terakhir merupakan komoditas andalan Kalimantan Barat. Bahkan Kalbar, menjadi salah satu pemasok terbesar komoditas kratom dari Indonesia ke Amerika Serikat.

Selain membantu meningkatkan perekonomian masyarakat Kalbar, kratom yang merupakan tanaman karbon, yang bermanfaat bagi paru-paru dunia.

Namun, belakangan usaha kratom menjadi redup, setelah BNN menyebut kratom mengandung zat adiktif. Banyak masyarakat yang menganggap, BNN terlalu dini menyatakan hal tersebut karena belum melalui riset yang komprehensif.

Selain itu, isu dipulangkannya puluhan kontainer kratom dari Amerika Serikat karena berkualitas buruk, juga menjadi perbincangan di tengah masyarakat.

Menanggapi itu, Asosiasi Mitragyna Nusantara, yang menaungi sejumlah pengusaha kratom, meluruskan isu tersebut.

Ada beberapa poin yang keliru soal tanaman ini. Disebut kratom ini membuat orang kecanduan dan mengandung zat narkotika yang berbahaya.

Sedangkan di Amerika Serikat sana, kratom justru sebagai obat untuk mengobati warga Amerika Serikat yang kecanduan heroin.

Di Amerika tanaman ini digunakan sebagai suplemen dan disana juga sudah dibuat minuman bersoda sebagai minuman energy drink.

“Riset masih dilakukan, dan tidak semestinya kratom dibilang tanaman narkotika, ataupun tanaman yang berbahaya,” kata Leo Prima, Humas Asosiasi Mitragyna Nusantara, Jumat 9 Juni 2023.

Leo menambahkan, lesunya bisnis kratom justru karena ulah pelaku usaha yang tidak menerapkan standar barang ekspor.

“Karena kita tahu, kratom ini adalah untuk konsumsi manusia. Aspek dari kebersihan itu sangat penting. Banyak barang yang ditolak karena terkontaminasi ecoli dan salmonela,” terangnya.

Terkait isu pemulangan puluhan kontainer kratom dari Amerika Serikat ke Indonesia, Leo berharap ini sebagai langkah awal agar pemerintah berperan untuk mengedukasi petani, karena tanaman ini menjadi penopang ekonomi masyarakat Kalbar.

“Kita perlu meluruskan, kontainer yang pulang, atau balik ke Indonesia, itu dari Amerika. Permasalahan yang terjadi, kratom yang dikirim ke sana karena tercampur tepung terigu dan mitragyna rendah. Mitragyna rendah, terjadi karena masa panen banjir di Kapuas Hulu, dan banyak aspek lainya,” tuturnya.

Ia juga berharap perlunya adanya tata niaga, dan saling menjaga, untuk komoditas ini oleh sesama anak bangsa. Indonesia bukan lagi sebagai pemasok tunggal komoditas ini ke Amerika maupun Eropa, karena negara Thailand juga sudah melakukan ekspor kratom ke Amerika dan Eropa.

Negara Thailand lebih baik dari sisi tata niaga dan standar produk yang diberlakukan juga ketat. Meskipun dominan pangsa pasar kratom sekarang masih dipegang oleh Indonesia. Tetapi dengan terjadi kejadian beberapa bulan ini, customer di Amerika dan Eropa mulai berpindah membeli ke Thailand.

“Hal ini sangat berbahaya bagi perekonomian masyarakat Kalbar, karena kratom adalah green ekonomi untuk masyarakat Indonesia,” tegasnya.

Konsep green ekonomi ini selaras dengan visi misi Presiden Jokowi di pertemuan G20 Bali, yakni Indonesia sebagai penghasil tanaman karbon terbesar di dunia.

Karena kratom termasuk tanaman karbon, maka secara tidak langsung para petani sudah mendukung pemerintah Indonesia untuk menanam sebanyak mungkin tanaman ini, karena tanaman ini sebagai paru-paru dunia.

“Dunia memerlukan kratom. Di samping kratom untuk dikonsumsi, kratom juga tanaman karbon yang banyak manfaatnya untuk dunia. Bayangkan jika pohon ini ditebang, berapa banyak Indonesia kehilangan tanaman karbon,” pungkasnya.

error: Content is protected !!