AKSARALOKA.COM, PONTIANAK – Hasil investigasi internal Fisip Untan Pontianak terkait dengan dugaan manipulasi nilai bocor ke media. Dekan Fisip Untan Pontianak, Herlan beserta tim investigasi yang terdiri dari beberapa senat langsung melakukan klarifikasi.
Herlan menegaskan, bahwa pihaknya maupun tim investigasi yang dibentuk terkait persoalan dugaan manipulasi nilai mahasiswa tidak pernah memberikan data kepada siapapun, terlagi kepada media terkait hasil investigasi internal.
“Karena ada salah satu media menyampaikan hasil dari laporan investigasi tersebut, sedangkan tim investigasi tidak pernah memberikan keluar,” ucap Herlan saat ditemui sejumlah wartawan di kantornya, Jumat 20 September 2024, pagi.
Data hasil investigasi yang bocor keluar tersebut, Herlan menyatakan merupakan sesuatu yang masih mentah.
“Sehingga disayangkan, hal itu dipublikasikan seolah dimaknai media bersangkutan itu merupakan kebenaran, mereka buat versi sendiri, itu yang kita gak mau,” tegas Herlan.
Lanjut Herlan, hasil dari tim investigasi yang ditindaklanjuti oleh Irjen hasil, hingga hari ini belum tau. Namun dengan adanya pemberitaan di salah satu media massa itu, seolah-olah menjadi suatu kebenaran. Tentunya pihaknya maupun tim investigasi merasa keberatan.
“Belum ada sampai keputusan dari Irjen. Tetapi salah satu pemberitaan seakan sudah tersangka dan melakukan kesalahan, itu yang kami mau klarifikasi. Tim Irjen baru saja pulang. Tetapi isi berita di salah satu media sudah menjustifikasi dnegan taf sendiri,” ungkapnya
“Semuanya masih dalam proses, oleh karena itu kami klarifikasi atas pemberitaan itu,” tuntas Herlan.
Sementara itu Sukamto salah satu tim investigasi Fisip, bahwa tujuan klarifikasi ini yakni dalam rangkat agar tidak menjadi liar atas pemberitaan di salah satu media.
Sukamto juga menjelaskan, bahwa tim investigasi ini dibentuk dan ditunjuk langsung anggota senat, di mana dekat hanya mengeluarkan SK, hal ini dilakukan agar tim investigasi bekerja netral buka. Atas dasar perintah pimpinan dan sebagainya.
Hingga akhirnya terpilihlah tim investigasi, termasuk dirinya sebagai anggota.
“Kami tim investigasi bekerja sekitar dua Minggu melaksanakan tugas ini,” ucap Sukamto.
Lanjut Sukamto, investigasi berjalan yakni untuk menelusuri informasi berkaitan dengan adanya nilai salah satu mahasiswa berinsiial Yl yang dikatakan itu palsu dan lain sebagainya.
“Dalam rangka menelusuri itu, tim bekerja dengan cara memanggil diantaranya adalah semua dosen berkaitan nilainya ada di rekapitulasi nilai. Semuanya dipanggil dan datang, semua dosen datang untuk dimintai keterangan,” ungkap Sukamto.
Sedangkan untuk mahasiswa yang bersangkutan terkait persoalan ini, juga dilakukan pemanggilan oleh tim investigasi namun sebanyak tiga kali panggilan, mahasiswa tersebut tidak hadir. Selain itu tim juga memangil tim siakad.
“Apa yang kami kerjakan, Supaya fakultas dan universitas menyelesaikan dengan baik dan benar, dan apapun hasil tim investigasi bukan untuk konsumsi publik,” tegas Sukamto.
Sukamto juga menegaskan, bahwa tim investigasi sepakat tidak membocorkan hasil investigasi keluar atau kepada siapapun .
“Kenyataan yang terjadi apa, seminggu yang lalu tanggal 13 September hasil ini keluar ke publik. Pertanyaan nya dapat informasi dari mana,” ucap Sukamto.
Dibeberkan Sukamto, bahwa hasil investigasi hanya dipegang yang pegang hanya rektor dan tim.
“Namun isi berita di media itu sama persis dengan hasil kami. Wartawan berkaitan memegang laporan itu. Siapa menyerahkan laporan itu kepada pihak media. Ini kami sesalkan. Jujur dan membuat kami tidak nyaman,” katanya.
Sukamto menerangkan, bahwa nama dipampangkan di media. Sekolah kami memberikan informasi itu kepada wartawan. Itu membuat kami tidak nyaman,” terangnya.
Atas ketidaknyamanan ini, Tim Investigasi menyerahkan sepenuhnya kepada Fakultas dan Universitas.
“Apapun langkahnya kami akan dukung, guna nama baik lembaga dibersihkan. Termasuk lah langkah mencari siapa menyerahkan dokumen itu kepada pihak media. Kami akan dukung itu. Karena jelas, kami tim investigasi tidak pernah menyerahkan kepada siapapun,” pungkas Sukamto.