Aksaraloka.com, SINTANG-Pihak RSUD Ade M. Djoen Sintang menepis bahwa adanya satu pasien yang dirawat di RS tersebut.
Kabar tersebut santer beredar isu di medsos maupun pesan berantai via Whatsapp terkait ada nya satu pasien laki-laki terjangkit virus cacar monyet yang sedang dirawat di RSUD AM. Djoen Sintang dalam foto yang beredar pasien berinisial B (27) warga Kabupaten Sintang, Kalbar dengan kondisi bintil-bintil di sekujur tubuh hingga muka.
Kabar inipun heboh, sejagat maya dikonfirmasi media ini Direktur RSUD AM. DJoen Sintang Ridwan Tony Hasiholan Pane menepis bahwa adanya kasus tersebut dan pihaknya belum dapat memastikan apakah penyakit yang diderita pasien dan saat ini uji lab sedang dalam perjalanan dibawa pulang ke Sintang dari Laboratorium Jakarta.
“Pasien ini sebenernya sudah beberapa kali berkunjung ke rumah sakit kita ya, sudah pernah dirawat di poli. Sekitar bulan November. Baru juga kemarin sekitar tanggal 29 November masuk lagi. Artinya ini bukan pasien baru. Sudah beberapa kali,” Beber Ridwan Tony Hasiholan Pane Pada Selasa, (3/12/2024).
Kemudian diagnosa, yang beredar selama ini belum diagnosa. Itu masih suspek atau dicurigai, tentunya dalam penegakan diagnosa itu dokter biasanya adanya beberapa penunjang dan pengamatan.
“Terkait dengan diagnosanya supaya lebih meyakinkan nanti karena sudah beredar ini disebut cacar monyet. Memang sudah dikirim juga ke jakarta untuk membuktikan diagnosa itu. Sampel kita kirim. Sekarang di pontianak. Kenapa baru dikirim sampelnya karena dari awal tidak ada kecurigaan ke sana. Kemudian kenapa perlu kami kirim ya karena dinamakan masyarakat kita perlu buktikan. Kita harus periksa itu. Apapun itu hasilnya nanti kita buktikan lewat hasil laboratorium,” ulas Pane
Sementara itu dokter yang menangani dr. Dina Theresa Damayanti Hutabarat, Dokter spesialis kulit RSUD Ade M Djoen Sintang menyatakan bahwa Pasien berinisial B, datang ke rumah sakit dengan kondisi bintil-bintil hampir seluruh badan.
“Pada penyakit kulit ini biasanya resiko berbentuk bintil ini banyak menyerupai penyakit kulit. Salah satunya cacar monyet. Kemudian dari awal pemeriksaan kita lakukan bertanya ke keluarga pasien kemudian kita kuat gejala klinis fisik badan pasien, kemudian kita lakukan beberapa pemeriksaan penunjang,” bebernya.
Sebenarnya lanjut Dina, sejak awal pasien masuk dari anamesi pemeriksaan fisik dia mengarah bukan pada cacar monyet, tapi lebih kepada penyakit Moluscum Contagiosum ada dugaan juga dia jamur dalam kulit.
“Kalau berdasarkan keilmuan saya kondisi seperti ini pasien perlu diisolasi atau dirawat karena sifatnya penularan. Kemudian dilakukan pemeriksaan penunjang pendukung , apakah betul atau tidak diagnosa saya, hari ini dilakukan pemeriksaan Patologi Anatomi ternyata memang ditemukan gambaran yang khas untuk penyakit Moluscum Contagiosum,” ungkapnya.
Kemudian lanjut dia, karena sudah beredar diagnosis yang mengatakan ini pasien mirip seperti gejala cacar monyet, kemudian dari pihak Laboratorium Sintang pihak RSUD lakukan pemeriksaan untuk kita kirim sampel PCE dan Serologi ke jakarta. Sebenarnya dari awal pasien masuk tidak ada arah ke sana (cacar monyet).
Hanya saja memang bintilnya dari awal iya tapi selain cacar monyet, bintil penyakit lain juga seperti ini.
“Lalu kenapa tambah banyak, pasien ini menurut saya dia kurang menjaga perilaku kebersihan badannya. Kemudian, pasien juga baru sekali datang ke saya. Sekarang masih diisolasi. Sekarang kita berlakunya seperti penyakit menular yang khusus karena ada isu dugaan mirip cacar monyet. Ini harus dibuktikan. Tapi kalau dilihat dari segi keilmuan saya, mulai dari bertanya ke keluarga pasien,” tuturnya.
Karena kalau cacar monyet biasanya kasusnya pasiennya harus ada riwayat tercakar atau terpapar oleh darah binatang, karena cacar monyet terdapat pada hewan primata, dan dari awal kita bertanya tidak ada riwayat kontak. Kemudian pasien juga tidak ada mengonsumsi daging, kemudian bisa dicurigai kalau dia ada riwayat bepergian ke luar daerah yang endemik untuk cacar monyet, misalnya Amerika Latin. Dan pasien ini Tidak ada riwayat itu.
“Cacar monyet ini kan menyerupai cacar air. Sementara pasien juga pernah menderita cacar air. Sebenarnya tidak memungkinkan lagi. Hanya saja memang bentuk penyakit kulit mirip seperti cacar monyet bisa juga penyakit lain yang saya diagnosa di awal itu lebih pas. Dari awal tidak basah. Dari awal kita tidak PCR karena tidak berpikir ke arah sana. Kalaupun pemeriksaan laboratorium khusus di Sintang belum ada. Kalaupun kita curigai ke arah sana bisa kita tanya pada pasien ada riwayat kontak tidak. PCR dilakukan untuk membuktikan virusnya, yang dicari virusnya,” jelas dokter yang menangani B.
“Meskipun diagnosa kami bukannya cacar monyet tapi pasien tetap diisolasi karena virus penanganan penyakit menular. Penyakit ini memang bisa menular,” pungkasnya.