AKSARALOKA.COM, PONTIANAK – General Manager PLN UIP3B Kalimantan, Abdul Salam Nganro mengatakan layangan masih menjadi penyebab utama pemadaman di Kalimantan Barat. Untuk melakukan pencegahan pihaknya menggandeng TNI Polri untuk melakukan edukasi terkait dampak kawat layangan ke transmisi dan keselamatan masyarakat.
Diakuinya setiap daerah mempunyai keunikan masing-masing dan budaya yang berbeda-beda. Misalnya di Kalimantan yang memiliki budaya permainan layang-layang yang sangat tinggi itu di Kalbar. Ia mengatakan di provinsi-provinsi yang lain punya budaya yang berbeda sehingga probabilitas atau kemungkinan terjadinya gangguan akibat layangan relatif lebih kecil.
“Mungkin budaya dari awal ya, jadi kami bekerja sama dengan TNI POLRI, media melakukan sosialisasi bukan untuk menghilangkan budaya tetapi bagaimana kita bisa mengembangkan budaya menjaga budaya itu tetapi kemudian juga tidak berdampak pada keselamatan masyarakat dan juga tidak berdampak pada pasokan listrik. Kita arahkan agar permainannya tidak pada jaringan-jaringan listrik PLN,” ujar Abdul usai ajang Ekosistem Peduli Listrik (EPL) Award Tahun 2024 di Qubu Resort pada Kamis 14 November 2024.
Sementara petir adalah penyebab kedua terjadinya pemadaman di Kalbar. Untuk petir, PLN kata dia sebenarnya sudah mempunyai standar, bahwa ada proteksi petir proteksi atau pelindung petir yang dilakukan dan itu sudah dipasang di transmisi. Namun petir adalah kondisi alam yang besarannya tidak bisa diprediksi.
“Ada yang melampaui kemampuan peralatan atau kemampuan pertahanan yang kita maka itu bisa saja terjadi gangguan akibat petir. Jika Kalbar penyebab utamanya adalah layangan, kalau di Kalimantan Timur beda lagi Kalimantan Timur Kalimantan Selatan malah petir yang dominan,” ujarnya.
Ia mengatakan PLN menerapkan pertahanan yang berlapis agar tidak sampai terjadi gangguan. Jika pertahanan tembus maka bekerjalah pertahanan yang kedua, pertahanan kedua jikalau terjadi sambaran petir jangan sampai terjadi dampak pepadaman kepada konsumen. “Sampai di situ itu kemudian ada pertahanan ketiga dan kami terapkan,” ujarnya.
Terkait layangan, PLN juga menerapkan beberapa lapis pertahanan yang pertama adalah bagaimana agar tidak terjadi dengan mencegah melalui sosialisasi. Sebagai upaya pencegahan di beberapa daerah tertentu pertama, pihaknya kata Abdul juga memberikan isolasi kawatnya sehingga kalaupun tersangkut tidak akan mengakibatkan terjadinya padam.
“Pertahanan kedua, kalaupun itu terjadi maka pertahanannya adalah jangan sampai mengakibatkan terjadinya padam ke masyarakat dan itu tadi sudah dibuktikan. Alhamdulillah yang kita terapkan di 2024 itu berhasil meminimalkan terjadinya padam, mudah-mudahan itu terus akan berlanjut tidak ada tidak ada kejadian,” ujarnya.
Adapun pertahanan ketiga kata dia, jika pertahanan pertama dan kedua gagal maka pertahanan ketiga adalah lokasi pemadamannya hanya di daerah tertentu saja.
“Jadi jangan sampai menyebar kemana-mana dan itu pun kami tidak berharap pertahanan ketiganya bekerja. Jadi maksimal di pertahanan pertama dan kedua karena kalau terjadi pertahanan ketiga artinya sudah ada padam. Nah, itu yang dicegah jangan sampai terjadi padam,” ujarnya.
Opsi Penggunaan Kabel Bawah Tanah
Dengan permasalahan listrik akibat layangan yang masih cukup tinggi saat ini, opsi penggunaan kabel bawah tanah dapat saja dilakukan, namun Abdul menilai perlu kajian operasional serta kajian financial dan lingkungan.
“Dengan berkembangnya Kota Pontianak yang cukup pesat saat ini, itu sangat memungkinkan untuk ada kabel bawah tanah. Karena kabel udara mungkin sudah tidak memungkinkan karena,” ujarnya.
Terkait perizinan diakuinya relatif standar karena sudah berhubungan dengan pemerintah. Hanya mungkin tantangannya berhubungan dengan kondisi geografis jalur.
“Tentu sangat-sangat berpengaruh karena sudah sangat padat lingkungan untuk membuat jalur, biaya kabel tanah itu jauh lebih besar dibandingkan kabel udara,” ujarnya.
Lakukan Edukasi Jaga Keandalan Listrik
Secara hukum Abdul menyampaikan pihaknya menggandeng TNI Polri, karena pihaknya meyakini masih banyak masyarakat yang belum memahami dampak permainan layangan bagi keandalan listrik.
“Kami menggandeng TNI POLRI untuk bersama-sama melakukan edukasi,” ujarnya.
Abdul mengakui secara implementasi cukup sulit untuk penyadartahuan kepada masyarakat akan bahaya layangan khususnya yang menggunakan kawat.
Abdul mengatakan pendekatan budaya perlu terus dilakukan agar masyarakat paham agar memainkan layangan tidak membahayakan diri sendiri dan merugikan orang lain.
Selain pendekatan secara persuasif, pihaknya juga menggandeng TNI Polri untuk melakukan razia pemain layangan, sekaligus memberikan pemahaman kepada masyarakat yang masih bermain layangan.
kra17at – kraken darknet market, kraken ссылка